Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penelitian Vaksin Nusantara & Merah Putih, Jokowi: Harus Ikuti Kaidah Ilmiah!

Jokowi mengungkapkan saat ini terdapat dua vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan di Indonesia yaitu Vaksin Merah Putih dan Vaksin Nusantara.
Presiden Joko Widodo meninjau fasilitas produksi dan pengemasan vaksin Covid-19 di PT Bio Farma (Persero), Bandung Jawa Barat, Selasa (11/8/2020) - Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo meninjau fasilitas produksi dan pengemasan vaksin Covid-19 di PT Bio Farma (Persero), Bandung Jawa Barat, Selasa (11/8/2020) - Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta penelitian dan pengembangan vaksin atau obat yang tengah dilakukan saat ini untuk mengatasi pandemi Covid-19 agar senantiasa mengikuti kaidah keilmuan yang berlaku.

Jokowi mengungkapkan saat ini terdapat dua vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan di Indonesia yaitu Vaksin Merah Putih dan Vaksin Nusantara.

“Tapi untuk menghasilkan produk obat dan vaksin yang aman, berkahasiat, dan bermutu mereka juga harus mengikuti kaidah-kaidah scientific, kaidah-kaidah keilmuan dan uji klinis harus dilakukan sesuai prosedur yang berlaku terbuka, transparan serta melibatkan banyak ahli,” kata Jokowi seperti dikutip YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (12/3/2021).

Menurutnya, persyaratan yang harus dipenuhi dan sejumlah tahapan yang harus dilalui menjadi sangat penting untuk dilakukan agar membuktikan bahwa proses pembuatan vaksin benar-benar mengedepankan unsur kehati-hatian dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

“Jika semua tahapan sudah dilalui, kita percepat produksi untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri akan vaksin,” ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K. Lukito diketahui belum memberikan lampu hijau terkait Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinis (PPUK) uji klinis II dan III vaksin Nusantara yang digagas oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus  Putranto.

Penny beralasan proses penelitian dan pengembangan vaksin Nusantara tidak memenuhi kaidah etika penelitian dan pengembangan vaksin.

Setidaknya, Penny menggarisbawahi tim peneliti vaksin nusantara tidak memenuhi unsur komite etik terkait keselamatan subyek penelitian. Selain itu, Penny menambahkan, data keamanan pada uji fase pertama yang disampaikan kepada BPOM rancu.

“Pemenuhan kaidah good clinical practice juga tidak dilaksanakan dalam penelitian ini. Dalam persetujuan yang diberikan oleh BPOM, komite etik dikeluarkan oleh RSPAD tetapi pelaksanaan penelitian ada di rumah sakit dr. Kariadi,” kata Penny dalam Raker bersama Komisi IX DPR RI, Jakarta, Rabu (10/3/2021).

Ihwal data keamanan yang rancu itu, Penny mengatakan, BPOM telah melayangkan surat untuk menerima tanggapan dari tim peneliti vaksin nusantara per tanggal 3 Maret 2021 lalu.

Dia menuturkan BPOM juga bakal mengadakan pertemuan atau hearing dengan tim peneliti vaksin Nusantara untuk menindaklanjuti polemik tersebut.

“Saya hanya memberikan komentar data yang diberikan tadi tidak sama dengan data yang diberikan pada BPOM, kami sudah memberikan evaluasi dan memberikan surat pada tim peneliti,” tuturnya.

Menurutnya, langkah itu dilakukan untuk memastikan setiap penelitian dan pengembangan vaksin di dalam negeri memenuhi unsur good laboratory practice, good clinical trial practice dan good manufacturing pratice.

“Ini perlu ditempatkan di dalam forum yang saintifik juga kami menghormatik etik penelitian, kami ingin menyelesaikan tahapan dulu untuk membahas respon yang diberikan dalam evaluasi yang sudah diberikan oleh BPOM,” ujarnya.

Persoalan yang masih menjadi perdebatan adalah perihal uji praklinis vaksin Nusantara terhadap hewan. Penny mengatakan bahwa tahapan itu tidak disetujui tim peneliti Vaksin Nusantara.

“Jangan sampai kita memberikan kepada manusia suatu produk yang belum terjamin aspek keamanannya," kata Penny.

Sementara itu, Terawan beralasan bahwa teknologi sel dendritik sudah sering digunakan pada terapi kanker dan uji klinis terhadap hewan sudah dilakukan di Amerika Serikat oleh AIVITA Biomedical.

Bahkan, kata Terawan, hasil ujinya pun telah diberikan kepada ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin Chaerul Nidom Anwar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper