Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia mencatatkan rekor positivity rate harian 38,34 persen dengan jumlah spesimen yang dites anjlok di kisaran 20.000-an.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan tren tersebut terjadi setiap libur panjang.
“Memang untuk positivity rate dan kasus setiap liburan selalu naik, 1 Januari – 4 Januari jumlah testing rendah tapi positivity rate-nya tinggi. 10-11 Januari weekend juga positivity rate-nya naik kemudian turun lagi. 17-18 Januari weekend, testing-nya turun dan positivity rate-nya naik,” ungkap Menkes pada konferensi pers, Rabu (17/2/2021).
Positivity rate adalah jumlah kasus dibandingkan jumlah testing yang dilakukan.
Menurut Menkes ketika libur, terutama libur panjang, orang cenderung jarang melakukan tes, atau banyak lab tidak melapor sehingga testing turun dan positivity rate naik.
Namun demikian, dia mengakui positivity rate di Indonesia saat ini masih sangat tinggi. Kemenkes memiliki 3 hipotesis untuk melakukan perbaikan pada testing maupun positivity rate.
Baca Juga
Pertama, banyak data hasil tes PCR yang negatif tidak langsung dikirim ke pusat, sehigga data yang diterima Kemenkes kebanyakan hanya data positif.
“Karena ini datanya banyak, dan user interface aplikasi kami masih rumit sehingga yang dimasukkan data positif dulu. Ini bikin positivity rate-nya naik,” kata Budi.
Kedua, ada kemungkinan memang yang positif lebih banyak sementara tes yang dilakukan kurang. Untuk masalah ini, Kemenkes telah menerbitkan Permenkes untuk turut menghitung kasus dari tes rapid antigen sehingga lebih cepat mendeteksi kasus positif.
“Diharapkan dengan ini positivity rate yang ada lebih menggambarkan keadaan yang sesungguhnya,” ujarnya.
Terakhir, banyak lab yang belum konsisten memasukkan laporannya. Ke depan, Budi mengatakan Kemenkes akan berkomunikasi dengan seluruh lab PCR di Indonesia agar disiplin memasukkan data lengkap dan on time.