Bisnis.com, JAKARTA - Afrika Selatan mengganti vaksin AstraZeneca dengan Johnson&Johnson (J&J) dan Pfizer. Penundaan pemakaian vaksin AstraZeneca dilakukan hingga ada rekomendasi lanjutan dari komite ilmuwan di negara tersebut.
Mengutip Aljazeera, Senin (8/2/2021), Menteri Kesehatan Afrika Selatan Zweli Mkhize pada Minggu (7/2/2021) mengumumkan bahwa setelah uji coba, vaksin yang dikembangkan oleh AstraZeneca dan University of Oxford hanya menawarkan perlindungan terbatas.
Perlindungan ini terbatas pada penyakit ringan dan sedang yang disebabkan oleh varian virus corona 501Y.V2 yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan.
"Ketika informasi baru terungkap dan virus berubah bermutasi, keputusan perlu dibuat. Mungkin inilah alasan mengapa peluncuran vaksin AstraZeneca ditunda untuk saat ini. Dalam beberapa minggu ke depan, Afrika Selatan akan mendapatkan vaksin J&J dan Pfizer," ungkap Mkhize seperti dikutip Senin (8/2/2021).
University of Witwatersrand di Johannesburg, Afrika Selatan yang melakukan uji coba vaksin dalam sebuah pernyataan mengungkapkan vaksin AstraZeneca memberikan perlindungan minimal terhadap infeksi Covid-19 ringan hingga sedang.
Hal ini dikarenakan dari 2.000 peserta yang mengikuti uji coba vaksinasi AstraZeneca yang berusia hampir 31 tahun, mengalami gejala serius. Artinya, data ini masih belum cukup untuk membuat penilaian yang pasti.
Adapun pada awalnya pemerintah Afrika Selatan bermaksud untuk segera melakukan vaksinasi menggunakan AstraZeneca kepada petugas kesehatan. Pemerintah telah mendapatkan komitmen pengadaan 1 juta dosis yang diproduksi oleh Serum Institute of India pada Senin (8/2/2021) ini.
Sementara itu, negara lain yang juga menunda penggunaan vaksin AstraZeneca adalah Swiss. Keputusan itu menjadikan Swiss sebagai satu-satunya negara di Eropa yang tidak mengizinkan dosis suntikan produksi Oxford-AstraZeneca untuk digunakan.
Regulator medis Swiss mengklaim ada kekurangan data untuk mencapai kesimpulan tentang kemanjuran vaksin tersebut.