Bisnis.com, JAKARTA - Presiden sementara Peru Manuel Merino mengundurkan diri pada Minggu (15/11/2020), hanya enam hari setelah dirinya menjabat, sekaligus menjerumuskan keadaan negara jadi tidak menentu.
“Saat ini, ketika negara sedang mengalami salah satu krisis politik terbesarnya, saya ingin seluruh negara tahu bahwa saya mengajukan pengunduran diri yang tidak dapat dibatalkan,” kata Merino dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Minggu, seperti dikutip Bloomberg.
Merino sebelumnya menggantikan mantan Presiden Martin Vizcarra yang dimakzulkan atas tuduhan penyuapan dan memicu demonstrasi terbesar Peru dalam dua dekade terakhir.
Pergolakan politik dapat mengaburkan prospek pemilihan umum yang dijadwalkan pada bulan April 2021, dan semakin melumpuhkan perekonomian negara Amerika Selatan ztersebut.
Adapun pada kuaral II/2020, ekonomi Peru terkontraksi 30 persen akibat pandmi Covid-19.
Merino mengatakan kabinetnya akan tetap bekerja sampai presiden baru terpilih untuk menghindari kekosongan kekuasaan. Sebagai ketua Kongres, dia adalah penerus suksesi berikutnya untuk menggantikan Vizcarra.
Salah seorang pejabat Kongres Peru, Luis Valdez mengatrakan Kongres akan memilih seorang anggota parlemen pada Minggu untuk memimpin pemerintahan sementara yang baru.
Mantan ketua Mahkamah Konstitusi Peru, Oscar Urviola, mengatakan di jaringan Canal N bahwa alternatif lain adalah Kongres membatalkan keputusannya untuk menggulingkan Vizcarra.
Demonstran Bersorak
Pengumuman Merino disambut dengan sorak-sorai dari para demonstran di jalan-jalan Lima dan kota-kota lain, menurut video yang disiarkan di jaringan Canal N. Adapun, demonstran lain berdiri di depan jendela sambil memukul-mukul panci dengan sendok, seperti yang mereka lakukan setiap malam sejak pemungutan suara pemakzulan 9 November lalu.
Berbicara kepada wartawan di luar rumahnya di Lima, Vizcarra mengatakan bahwa dia menyambut baik pengunduran diri Merino, dia mendesak Mahkamah Konstitusi untuk mengadakan pertemuan darurat untuk memutuskan apakah dia secara hukum dipaksa turun dari jabatannya.
Ribuan orang Peru, yang sebagian besar mahasiswa, menentang aturan jarak sosial dan berbaris melalui pusat kota Lima pada hari Sabtu untuk meminta Merino mundur.
Sementara demonstrasi sebagian besar berlangsung damai, ada beberapa bentrokan kekerasan dengan polisi. Dua orang tewas akibat bentrokan tersebut.
Ketegangan politik dan aksi protes mengancam akan menghambat perang melawan virus corona di negara dengan salah satu tingkat kematian per kapita tertinggi di dunia akibat Covid-19 tersebut.