Bisnis.com, JAKARTA - Hujan masih mengguyur Jakarta pada awal November 2020. Dofa Aliza, 27 tahun, menggeber motornya dari Jakarta Utara menuju Pasar Minggu, sekitar 28 kilometer di Selatan Ibu Kota. Hari itu, dia mengambil penganan yang dipesan pelanggan kepadanya.
Butuh waktu sekitar 45 menit menuju ke kawasan itu. Di sana, dia mengambil penganan tradisional untuk diantar ke pembeli. Setelah dibungkus rapi, motor tuanya kembali menembus hujan menuju kawasan Karet Tengsin, Jakarta Pusat, menyerahkan pesanan untuk konsumen.
Baru satu bulan Aliza menjual Timphan di Jakarta. Bermodal keahliannya di dunia digital marketing, magister Universitas Indonesia ini menjual makanan khas Aceh melalui jejaring sosial.
Dia memanfaatkan seluruh platform untuk berbisnis, mulai media sosial hingga e-commerce untuk menyasar pelanggan lebih luas. Aliza mengembangkan merk bernama Pajoh_ID untuk menjual kue khas itu.
Pria itu tak memproduksinya sendiri. Dia bekerja sama dengan seorang pembuat Timphan di kawasan Pasar Minggu, Wanda. Bila pesanan masuk, Aliza langsung mengontak perempuan paruh baya itu untuk menyiapkan order. Esok harinya, Aliza mengambil paket dan mengantar ke pelanggan.
Bisnis ini adalah upaya terakhir setelah dia didepak dari tempat kerjanya September lalu. Dia menjadi salah satu korban pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat pandemi Covid-19. Keputusan ini jadi jalan yang ditempuh tempat kerjanya dulu untuk tetap bertahan di tengah lesunya ekonomi.
“Bagi saya tidak ada pilihan untuk menyerah, apalagi di tengah pandemi begini,” ceritanya kepada Bisnis, Jumat (6/11/2020).
Aliza bukan satu-satunya korban PHK akibat Covid-19 mendera. Dia hanya satu dari sekitar 3,5 juta orang di Indonesia yang hilang pekerjaan selama Corona. Tak mau menganggur, Aliza akhirnya membangun Pajoh_ID membantu kebutuhan keluarga kecilnya. Apalagi, dia baru mengucap janji pernikahan dengan istrinya Derina, awal tahun ini.
Menurut Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo), bertumbuhnya usaha kecil jamak terjadi selama Virus Corona meluas di Tanah Air. Masyarakat yang kehilangan pekerjaannya atau hanya mengalami pemotongan gaji, terpaksa mencari jalan lain untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.
Bertahan Hidup
Umumnya, mereka akan menempuh beragam upaya untuk menambah penghasilan. Selain berjualan atau memproduksi barang tertentu, sebagian korban PHK juga memilih menjadi penyedia jasa termasuk mitra layanan transportasi.
“Dengan kondisi ini, kita sudah pasti akan berpikir bagaimana agar bisa bertahan hidup. Itu sudah alamiah,” kata Ketua Akumindo Ikhsan Ingratubun kepada Bisnis.
UMKM menjadi sektor paling terdampak dari Covid-19. Data Akumindo, dari 64 juta pengusaha mikro kecil menengah di Indonesia, sekitar 30 juta di antaranya terpaksa gulung tikar atau mengurangi jumlah karyawan.
Kondisi ini disebabkan beberapa faktor, seperti pembatasan sosial yang berkepanjangan, menurunnya jumlah pembeli termasuk mengetatnya pengeluaran belanja masyarakat.
Anjloknya bisnis di kelas ini diyakini Ikhsan turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional dan produk domestik bruto (PDB). Buktinya, pertumbuhan ekonomi minus selama tiga kuartal berturut-turut tahun ini. Maknanya, Indonesia resmi masuk dalam jurang resesi bersama sejumlah negara lain.
Sebelum jatuh ke jurang resesi, pemerintah telah menelurkan beberapa insentif kepada pelaku usaha kecil guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Pasalnya, kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto bisa mencapai 61 persen dari total PDB.
Beberapa di antaranya berupa relaksasi penundaan angsuran pokok kredit usaha rakyat (KUR) selama 6 bulan dan penundaan kelengkapan dokumen administrasi selama pandemi.
Kemudian, program KUR ini juga dimodifikasi dengan tambahan subsidi bunga menjadi KUR super mikro dengan bunga 0 persen sampai 31 Desember 2020.
Terakhir, Banpres Produktif bagi belasan juta UMKM terdampak Covid-19. Mereka diberikan modal bantuan senilai Rp2,4 juta sebagai bantuan modal.
PEN
Beberapa langkah tersebut didukung oleh program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Alokasi untuk pemulihan UMKM dalam program ini mencapai Rp123,4 triliun. Data Kemenko Perekonomian menyebutkan realisasi hingga Agustus tembus Rp110 triliun.
“Saya minta semuanya tetap semangat kerja, jangan sampai kendor. Jangan sampai menyerah, jangan sampai usaha kita tutup,” kata Presiden Joko Widodo 8 Oktober lalu.
Ikhsan Ingratubun, Ketua Akumindo menyebutkan bahwa setidaknya 20 juta pelaku usaha telah mengajukan proposal untuk Banpres Produktif. Dari jumlah itu sekitar 12 juta orang diterima, sisanya ditolak pengajuannya.
Ikhsan mengapresiasi langkah ini. Namun, dia berharap eksekutif dapat memperbesar jumlah penerima bantuan tunai tersebut.
Dofa Aliza belum mengajukan satupun insentif itu. Akan tetapi, perlahan bisnis kecil-kecilannya mulai berbuah manis. Penganan Timphan yang dijual sebulan terakhir mulai menarik minat pembeli.
Dia biasa menerima pesanan 20 hingga 50 pcs Timphan per hari. Tiap 10 pcs dihargai Rp50.000. Bila sampai 50 pcs, Aliza setidaknya mengantongi omzet Rp250.000 saban hari. Angka ini tentu belum memotong margin dengan Wanda, si pembuat kue dan modal belanja lain.
“Semua ada jalannya, mas, yang penting saya sudah mencoba. Usaha ini juga masih seumur jagung. Semoga berkembang pesat suatu saat,” katanya.