Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lampaui Perkiraan, Penjualan Ritel AS Naik pada September 2020

Data Departemen Perdagangan mencatat penjualan ritel keseluruhan meningkat 1,9 persen pada bulan September dari bulan sebelumnya, menyusul kenaikan 0,6 persen pada bulan Agustus.
Belanja di AS./.Bloomberg
Belanja di AS./.Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Penjualan ritel Amerika Serikat kembali meningkat pada bulan September 2020 pada laju tercepat dalam tiga bulan terakhir.

Kenaikan data ritel ini melampaui perkiraan analis, sekaligus menandakan rebound belanja konsumen pada kuartal III/2020 yang menghadapi tantangan yang meningkat.

Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (16/10/2020), data Departemen Perdagangan mencatat penjualan ritel keseluruhan meningkat 1,9 persen dari bulan sebelumnya, menyusul kenaikan 0,6 persen pada bulan Agustus.

Estimasi median ekonom dalam survei Bloomberg sebelumnya memperkirakan kenaikan 0,8 persen. sementara itu, penjualan ritel yang tidak termasuk mobil dan bensin naik 1,5 persen.

Kenaikan berbasis luas ini sebagian mencerminkan konsumen yang memanfaatkan bertambahnya tabungan, dengan permintaan juga didukung oleh tunjangan pengangguran tambahan dan perekrutan yang berkelanjutan.

Namun, pemulihan ekonomi dari penurunan akibat pandemi Covid-19 terancam oleh kenaikan laju infeksi virus corona dan kegagalan Kongres menyetujui paket stimulus tambahan.

Sebuah laporan terpisah pada hari Jumat menunjukkan bahwa produksi manufaktur AS secara tak terduga turun 0,3 persen pada bulan September, penurunan pertama dalam lima bulan terakhir.

Meskipun tunjangan mingguan senilai US$600 untuk pengangguran di AS berakhir pada bulan Juli, program sementara yang disahkan oleh Presiden Donald Trump memberikan sebagian besar penerima manfaat sekitar US$300 tambahan setiap minggu untuk waktu yang terbatas. Namun, pendanaan untuk program itu menyusut, dan penurunan pembayaran yang lebih luas berisiko memukul belanja konsumen di masa depan.

“Tambahan US$300 menghasilkan banyak hal di bulan September dan saya pikir itu membantu meningkatkan belanja konsumen,” kata kepala penelitian kebijakan moneter Moody's Analytics Inc, Ryan Sweet, seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper