Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dapen Kanada Kucurkan Investasi Rp1.628 Triliun ke Negara Berkembang Asia

The Canada Pension Plan Investment Board (CPPIB) mengelola sekitar 434,4 miliar dolar Kanada (US$ 329,75 miliar) per 30 Juni 2020. Sebagian besar investasinya sebesar 34 persen berada di kawasan Amerika Utara, diikuti oleh kawasan Asia.
The Canada Pension Plan Investment Board (CPPIB). /Dok. CBC
The Canada Pension Plan Investment Board (CPPIB). /Dok. CBC

Bisnis.com, JAKARTA - Dana pensiun terbesar di Kanada berencana mengucurkan sepertiga dari total kelolaannya ke dalam instrumen investasi di negara-negara berkembang. India menjadi negara yang diprioritaskan dalam rencana tersebut.

The Canada Pension Plan Investment Board (CPPIB) mengelola sekitar 434,4 miliar dolar Kanada (US$ 329,75 miliar) per 30 Juni 2020. Sebagian besar investasinya sebesar 34 persen berada di kawasan Amerika Utara, diikuti oleh kawasan Asia.

Sepertiga dari total dana kelolaan tersebut yakni sekitar US$110 miliar atau Rp1.628 triliun.

"Kami berharap untuk menginvestasikan hingga sepertiga dari dana di pasar negara berkembang pada 2025 dan India adalah komponen kunci dari itu," Suyi Kim, Kepala CPPIB Asia Pasifik, dilansir CNBC International, Selasa (29/9/2020).

Di luar India, dana pensiun Kanada juga melihat peluang investasi di China Raya, Korea Selatan, Jepang, dan Australia.

Dia melanjutkan, investasinya di India mencakup kelas aset yang beragam termasuk infrastruktur, real estat, ekuitas publik dan swasta, dana dan investasi bersama dan kredit. Dia melihat peluang berupa konsumsi domestik, teknologi dan peningkatan permintaan infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan.

CEO Mark Machin baru-baru ini mengatakan bahwa dana pensiun sedang meninjau kepemilikan obligasi mengingat suku bunga mendekati nol. CPPIB juga memiliki kantor di India. Beberapa investasinya di Negeri Bollywood termasuk saham di Kotak Mahindra Bank serta US$225 juta pada India Resurgence Fund, yang berinvestasi dalam aset bermasalah di negara tersebut.

Pada Desember lalu, CPPIB mengatakan setuju untuk menginvestasikan hingga US$600 juta dalam Dana Investasi dan Infrastruktur Nasional India yang termasuk komitmen US$150 juta dalam Dana Induk NIIF dan hak investasi bersama hingga US$450 juta dalam peluang masa depan.

Namun demikian, ekonomi terbesar di Asia Selatan terpukul itu telah selama beberapa tahun terakhir setelah reformasi mata uang dan pajak. Pandemi virus corona tahun ini memupus tanda-tanda awal pemulihan ketika India melakukan lockdown nasional antara akhir Maret dan Mei sebagai bagian dari upayanya untuk memperlambat penyebaran infeksi.

Namun, India kini menjadi negara kedua yang paling terkena dampak di dunia setelah Amerika Serikat, dengan lebih dari 5,9 juta kasus yang dilaporkan dan lebih dari 94.000 kematian. Pertumbuhan pada kuartal kedua terkontraksi hingga 23,9 persen.

Sektor keuangan menghadapi penurunan pinjaman dan biaya kredit yang lebih tinggi karena bersiap menghadapi peningkatan utang buruk dari peminjam ritel dan korporasi. Para ahli sebelumnya mengatakan bahwa jika sektor tersebut memutuskan untuk berhenti memberikan pinjaman kepada peminjam dengan skor kredit rendah, atau mengenakan bunga pinjaman yang jauh lebih tinggi, hal itu dapat menunda pemulihan ekonomi India.

"Masalah kredit yang sedang berlangsung di industri jasa keuangan, yang diperburuk oleh dampak pandemi terhadap perekonomian, juga menghadirkan peluang investasi yang menarik untuk menyediakan modal jangka panjang yang stabil untuk memilih lembaga keuangan dan perusahaan untuk mendanai siklus pertumbuhan India berikutnya," Kata Kim dari CPPIB.

Pekan lalu, lembaga pemeringkat S&P Global mengatakan sektor perbankan India yang memasuki pandemi dengan overhang aset yang tidak berkinerja, akan melihat pemulihan yang lambat ke tingkat sebelum pandemi dan dapat melampaui 2023.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper