Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Ritel Inggris Lanjutkan Peningkatan pada Agustus 2020

Badan Statistik Nasional Inggris mencatat volume penjualan ritel menguat 0,8 persen pada Agustus dibandingkan bulan Juli.
Salah satu supermarket di London, Inggris, yang mengalami kekosongan stok barang akibat panic buying/ Bloomberg - Bryn Colton
Salah satu supermarket di London, Inggris, yang mengalami kekosongan stok barang akibat panic buying/ Bloomberg - Bryn Colton

Bisnis.com, JAKARTA – Penjualan ritel Inggris melanjutkan pemulihan pada bulan Agustus menyusul inisiatif pemerintah untuk meningkatkan industri hospitality memikat warga Inggris untuk berbelanja ke toko.

Berdasarkan data Bloomberg, Badan Statistik Nasional Inggris mencatat volume penjualan ritel menguat 0,8 persen pada Agustus dibandingkan bulan Juli. Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy), angka penjualan ritel meningkat 2,8 persen.

Peningkatan ini menandai pertumbuhan selama empat bulan berturut-turut setelah terjadinya penurunan tajam yang belum pernah terjadi sebelumnya pada bulan April, ketika pemerintah memerintahkan sebagian besar toko tutup untuk menekan penyebaran virus corona.

Sementara itu, penjualan ritel inti, yang tidak termasuk termasuk bahan bakar kendaraan bermotor menguat 0,6 persen dibandingkan bulan Juli.

Angka tersebut dapat meningkatkan harapan bahwa belanja konsumen yang menjadi motor penggerak perekonomian ekonomi Inggris telah bangkit dengan kuat. Volume penjualan saat ini berada pada level tertinggi dan 4 persen di atas level sebelum pandemi.

Pada bulan Agustus, jutaan warga Inggris membeli bahan makanan yang disubsidi pemerintah di bawah program Eat Out to Help Out, sekaligus membantu pengecer dengan membuat konsumen kembali berbelanja. Sementara itu, toko non-esensial sudah diizinkan untuk dibuka kembali sejak bulan Juni.

Namun, data ritel setiap sub sektor di industri ritel cenderung variatif. Dengan sebagian besar wilayah masih menerapkan working from home, penjualan online melonjak 47 persen daripada sebelum pandemi, yang didominasi oleh permintaan makanan dan barang-barang rumah tangga.

Sebaliknya, penjualan pakaian masih merosot, dengan banyak peritel besar berada di bawah tekanan.

Sejumlah perusahaan termasuk Marks & Spencer Plc, WH Smith Plc, dan Dixons Carphone Plc telah mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja. Terbaru, John Lewis Partnership juga telah menutup cabang dan memangkas tenaga kerja, sekaligus menyatakan bahwa mereka tidak akan membayar bonus tahunan kepada staf untuk pertama kalinya dalam lebih dari 70 tahun terakhir.

Sejumlah ekonom khawatir bahwa pemulihan ritel ini hanya bersifat sementara. Meskipunekonomi dibuka kembali, Inggris menghadapi berbagai ancaman yang dapat mendorong pembuat kebijakan untuk meningkatkan dukungan moneter dan fiskal.

Sementara itu, kasus virus meningkat dan pembatasan diberlakukan kembali di semakin banyak wilayah negara. Pengangguran juga diperkirakan akan melonjak ketika tunjangan upah pemerintah untuk pekerja yang dirumahkan berakhir bulan depan.

Selain itu, kejutan dari Brexit masih mengancam jika Inggris dan Uni Eropa belum dapat memecahkan kebuntuan mereka dan mencapai kesepakatan perdagangan bebas sebelum akhir tahun.

Penjualan ritel di bulan Agustus didorong oleh lonjakan penjualan tekstil, pakaian, dan alas kaki sebesar 14 persen. Secara keseluruhan, toko non-makanan mengalami kenaikan penjualan 3,4 persen, sedangkan makanan naik 0,4 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper