Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Iran Dituding Tidak Transparan Soal Data Kematian Covid-19

Menurut wawancara eksklusif BBC dengan sumber dalam pemerintah, kematian akibat Covid-19 di Iran mencapai 3 kali lipat dari data resmi yang sudah dilaporkan saat ini. Pemerintah Iran membantah tudingan tersebut.
Seorang perempuan Iran mengenakan masker di Teheran pada 5 Maret 2020./Antara/Reuters
Seorang perempuan Iran mengenakan masker di Teheran pada 5 Maret 2020./Antara/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Iran disebut tidak transparan terkait data kematian Covid-19 di negar tersebut. Laporan BBC menunjukkan, angka kematian akibat Covid-19 mencapai 3 kali lipat dari data yang dipublikasikan pemerintah.

Dilansir dari BBC, Senin (3/8/2020), klaim tersebut didasarkan pada wawancara BBC dengan sumber dalam pemerintahan, seorang dokter dengan nama samaran Dr Pouladi. Dia menuturkan, semula Pemerintah Iran tidak memilki alat tes yang cukup. Namun, saat alat tes tersedia, Pemerintah Iran tidak menggunakan dengan maksimal.

"Mereka seolah tak menyadari bahaya dari keberadaan Covid-19 di Iran," tutur Pouladi.

Hingga Senin (3/8/2020) hari ini pemerintah mempublikasikan bahwa angka kematian akibat Covid-19 di Iran berkisar 14.000. Sementara, Pouladi berkata hitung-hitungan rahasia pemerintah sebenarnya sudah mencapai 42.000. Dari angka itu, Tehran merupakan kawasan dengan penyumbang angka kematian terbesar yakni 8.120. 

Ketika dikonfirmasi perihal bocoran tersebut, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Iran Sima Sadat membantah.

"Kami selalu transparan dalam melaporkan angka kematian," tutur Sima, dikutip dari Bloomberg.

Sebagai catatan, Johns Hopkins University punya catatan sedikit berbeda dari kedua versi di atas. Mereka melaporkan bahwa total kematian di Iran hingga Senin (3/8) berada di angka 17.190. 

Adapun total kasus di Iran telah menyentuh lebih dari 309.000 dengan sekitar 268.000 orang di antaranya telah dinyatakan sembuh. Iran merupakan negara Timur Tengah dengan penularan terbesar. Jumlah kasus mereka melampaui Arab Saudi (278.781), Irak (129.151), dan Qatar (111.107).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rivki Maulana
Sumber : BBC, Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper