Bisnis.com, JAKARTA – Minat investor global atas aset-aset China terbukti tetap kuat di tengah amukan dampak pandemi virus Corona atau Covid-19.
Dalam laporan yang dirilis Kamis (18/6/2020) dengan perusahaan riset Rhodium Group, firma hukum Baker McKenzie mengatakan investasi asing ke China melalui merger dan akuisisi (M&A) mencapai total US$9 miliar sepanjang lima bulan pertama tahun ini.
Nilai tersebut melampaui aktivitas M&A outbound China baik dalam hal volume maupun nilai, untuk pertama kalinya dalam satu dekade.
“Perusahaan-perusahaan multinasional Eropa dan AS telah menjadi pendorong utama di balik tren ini,” demikian menurut laporan itu, seperti dilansir Bloomberg.
Tumbuhnya minat ini didorong oleh kepercayaan investor pada kebangkitan kelas menengah China dan pertumbuhannya dalam teknologi dan aset-aset industri tertentu.
Relaksasi aturan investasi asing yang dilancarkan baru-baru ini juga memotivasi mereka untuk membeli saham dalam usaha patungan mereka sendiri di China.
Baca Juga
“China telah melonggarkan sejumlah pembatasan pada investasi asing baru-baru ini, sementara posisi terdepannya sebagai pasar di banyak industri membuatnya menarik bagi perusahaan internasional yang mencari pertumbuhan melalui akuisisi,” terang Kepala M&A Baker McKenzie untuk Hong Kong dan China, Tracy Wut.
Sebaliknya, permintaan China untuk aset-aset asing menurun tajam ketika pemerintah di seluruh dunia memperketat skrining investasi asing.
Selama periode yang sama, aktivitas M&A outbound China anjlok dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Kesepakatan-kesepakatan outbound baru yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan China turun 71 persen dalam volume dan 88 persen dalam hal nilai.
Penurunan investasi outbound China sebagian besar disebabkan kondisi likuiditas domestik yang lebih ketat, kontrol Beijing terhadap aliran modal keluar, serta meningkatnya pembatasan perdagangan dan investasi di luar negeri.