Bisnis.com, JAKARTA — “Saya ini boleh dibilang karakter Gatotkaca pertama yang bisa melayang,” kata Yusuf Subagio.
Dalam pewayangan Jawa, tokoh Gatokaca dikenal sebagai sosok yang sakti mandraguna. Otot kawat balung wesi atau otot kawat tulang besi. Gatotkaca juga bisa terbang tanpa menggunakan sayap, layaknya tokoh dalam film Superman.
Setiap hari, Yusuf dan kawan-kawan yang tergabung dalam Komunitas Seni Karakter Kota Tua, menggantungkan mata pencahariannya dari berkesenian di kawasan wisata Kota Tua, Jakarta Barat.
Akan tetapi, selama 2 bulan terakhir aktivitas itu terhenti seiring dengan penutupan kawasan wisata Kota Tua karena pandemi virus corona.
Alhasil, Yusuf yang sehari-hari mengais rezeki dari wisatawan yang berkunjung di kawasan itu, sementara waktu ‘menanggalkan’ atribut Gatotkaca yang biasa dipakainya.
Dia mencoba ‘berdamai’ dengan Covid-19 lewat jalan lain. Sejak pandemi Covid-19 dan aktivitas wisata Kota Tua ditutup sementara, Yusuf mencoba berjualan nasi untuk mencukup kebutuhan keluarganya.
“Modal tabungan yang saya punya, saya coba jualan paket nasi padang harga Rp10.000. Niatnya saya juga ikut membantu orang lain juga. Ternyata hanya bisa bertahan sampai puasa hari ketiga. Setelah itu enggak pernah nutup,” katanya saat berbincang dengan Bisnis di Kawasan Kota Tua, Jumat (15/5/2020).
Modal berdagang paket nasi padang itu mulai dari Rp350.000—Rp650.000. “Awalnya saya keluar uang Rp650.000, cuma dapat Rp150.000. Saya kurangi, keluar Rp500.000, dapatnya Rp200.000. sudah hanya bertahan sampai puasa ketiga saja,” katanya.
Yusuf juga sempat menjajal turut serta dalam program kartu prakerja yang dirilis pemerintah. “Sampai sekarang masih gagal terus daftarnya,” jelasnya.
Dia lantas beralih ke usaha es buah. Hasilnya pun kurang lebih sama. Terakhir, dia menjajal berjualan masker dengan perhitungan selama masa pandemi virus corona, kebutuhan masker banyak.
“Sehari kadang cuma laku tiga, laku dua,” ungkapnya.
Jika kondisi normal, kegiatannya mematung diri dengan karakter Gatotkaca bisa mengantongi penghasilan yang cukup lumayan.
Yusuf menuturkan rata-rata penghasilannya dengan karakter Gatotkaca mulai dari pukul 10.00 WIB—21.00 WIB bervariasi mulai dari Rp150.000 hingga Rp300.000 per hari. Penghasilannya bisa lebih besar saat akhir pekan, Sabtu-Minggu ketika banyak pelancong mengunjungi Kota Tua.
Kondisi yang kurang lebih sama dirasakan oleh Yance M, seorang perupa di kawasan Kota Tua. Perupa yang sudah berkiprah selama 12 tahun di sekitaran lorong pertokoan yang tak jauh dari Kota Tua itu, mengaku kegiatan kunjungan wisata sepi selama pandemi.
Perupa di kawasan itu, katanya jumlahnya kurang lebih 50 orang. “Ya sampai sekarang berkreativitas saja dari rumah. Kalau ada dapat pesanan, sedikit pun sudah bersyukur banget,” katanya.
Terhentinya kegiatan seniman di kawasan Kota Tua menjadi perhatian tersendiri bagi kalangan pengusaha yang tergabung dalam Merchantile Athletic Club (MAC).
Kalangan pengusaha yang tergabung di MAC bergotong royong untuk turut meringankan kehidupan sehari-hari para seniman dengan memberikan bantuan sosial. Bantuan sosial yang diberikan terdiri dari beras, gula pasir, kornet, mi instan, minyak goreng, masker, dan minuman kesehatan.
Saat pembagian bantuan yang digelar pada Jumat (15/5/2020), beberapa pengusaha yang terlibat dan hadir di lokasi di antaranya Budhy Ratulangi (Direktur MAC), Surjanto Sosrodjojo (Chairman MAC yang juga owner SS Trans Logistic), Charles Saerang (owner PT Jaya Mitra Kemilau), Wibisono Sidiadinoto (Direktur Utama PT Jakarta Land Management), dan beberapa lainnya.
Menurut Chairman MAC Surjanto Sosrodjojo, kegiatan penyerahan bantuan sosial itu menyasar masyarakat umum yang terdampak pandemi virus corona. Selain itu, MAC yang turut menggandeng Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) juga menyalurkan bantuan makana sehat siap saji bagi tenaga medis di DKI Jakarta.
“Kami diskusi sejak akhir Maret lalu. Bagaimana cara nya agar pengusaha bisa ikut membantu masyarakat dan para medis yang bertugas,” katanya.
Surjanto menyadari bahwa para pengusaha saat masa pandemi Covid-19 turut terkena imbas karena kegiatan usahanya yang sementara waktu terhenti.
“Memang pengusaha juga kena imbasnya, omzet turun, tapi kami terpanggil karena banyak suadara kita yang juga membutuhkan. Terima kasih juga untuk para pengusaha yang sudah terlibat dengan ikhlas dan sukarela,” katanya.
Pada Jumat (15/5/2020), MAC membagikan bantuan untuk para pekerja informal dan seniman yang ada di Kota Tua. Kegiatan itu merupakan kelanjutan dari sebelumnya. Sejak Selasa (12/5/2020), penyaluran bantuan disalurkan untuk sejumlah warga di sekitar Kota Tua. Setiap hari, sekitar 200 bantuan diserahkan kepada warga masyarakat.
Adapun, Wibisono Sidiadinoto menuturkan pendistribusian bantuan dilakukan bagi kelompok yang selama ini belum mendapat bansos dari pemerintah. Hal itu dilakukan agar tidak terjadi tumpang-tindih penerima bantuan.
Pembagian bantuan, katanya dilakukan secara terbuka berdasarkan wilayah. “Hari ini untuk pekerja informal dan komunitas di Kota Tua. Sebelumnya berdasarkan kelurahan, jadi tidak berkerumun banyak.”