Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saat Mobil Pribadi Kembali Padati Jalanan di Berbagai Negara

Antrean mobil pribadi di jalanan sejumlah negara kembali
Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan saat melintasi area cek poin pengawasan PSBB di sekitar jalan layang Universitas Indonesia (UI), perbatasan Kota Depok menuju Jakarta, Senin (13/4/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan saat melintasi area cek poin pengawasan PSBB di sekitar jalan layang Universitas Indonesia (UI), perbatasan Kota Depok menuju Jakarta, Senin (13/4/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA— Kegiatan di sejumlah negara mulai kembali sejalan dengan mobil pribadi yang memadati jalanan.

Dikutip dari Bloomberg, Senin (11/5/2020), antrean kendaraan kembali terlihat pascapelonggaran karantina wilayah dilakukan di beberapa negara. Adapun, mobil pribadi menjadi pilihan untuk menghindari moda transportasi umum.

Pasalnya, perjalanan dengan moda transportasi umum dikhawatirkan bisa kembali menyebarkan virus corona. Di China misalnya, salah seorang direktur hubungan masyarakat, James Li mengaku lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadinya kendati harus terjebak kemacetan.

“Kemacetan bisa lebih buruk namun kereta bawah tanah terlalu padat,” katanya.

Di jalanan Beijing, Shanghai dan Guangzhou kemacetan di pagi hari saat ini melampaui angka rerata tahun 2019. Sementara itu, penggunaan kereta cenderung lebih rendah dari kondisi normal, mengacu pada data Bloomberg NEF.

Volume penumpang kereta bawah tanah Beijing 53 persen lebih rendah dari masa sebelum virus corona menyebar. Lalu, penggunaan kereta babwah tanah di Shanghai dang Guangzhou juga turun 29 persen dan 39 persen secara berturut-turut.

Di Frankfurt, Jerman, asisten real estat, Anna Pawliczek mengatakan mengemudi ke kantor merupakan pengalaman pertamanya dalam hidup. Namun, hal itu harus dijalankan karena perusahaannya telah meminta karyawan kembali bekerja di kantor setelah Jerman menyudahi karantina wilayah.

Selain meminta karyawan kembali ke kantor, perusahaannya pun meminta agar moda transportasi umum dihindari.

“Saya sesungguhnya lebih suka santai di kereta daripada terjebak di lampu merah,” katanya.

Di Berlin, Jerman, sebagai salah satu kota di Eropa yang merelaksasi karantina wilayah, penggunaan moda transportasi publik masih turun 61 persen sedangkan jumlah orang yang menyetir pulih ke level 28 persen di bawah angka normalnya. Dari data Apple Inc., hal itu terlihat dari penggunaan aplikasi peta. Apple mencatat 27 kota di dunia menunjukkan pencarian arah dari kendaraan pribadi telah pulih lebih cepat dari pencarian arah dari pengguna moda transportasi publik.

Di Madrid, Spanyol mengemudi masih berada di 68 persen di bawah normal atau naik 80 persen pada April. Di sisi lain, penggunaan moda transportasi pblik masih turun 87 persen atau sama dengan level pada bulan lalu.

Hal yang sama terjadi di Ottawa, Kanada ketika para pengemudi mencari arah melalui aplikasi peta telah pulih dan menyentuh 40 persen dari level normal. Angka tersebut menunjukkan kenaikan dari 60 persen pada April sedangkan pencarian arah untuk penggunaan moda transportasi publik tetap mendatar dari April pada 80 persen di bawah angka normal. 

TITIK NORMAL BARU

CEO Repsol SA, Josu Jon Imaz menilai kemacetan dan pilihan masyarakat untuk mengemudi kendaraan pribadinya akan menjadi titik normal baru pascapandemi virus corona.

“Kami berharap penurunan dalam penggunaan moda transportasi publik,” katanya.

Potret masyarakat yang menghindari moda transportasi publik telah diprediksi oleh bos perusahaan minyak asal Prancis. CEO Total SA, Patrick Pouyanne mengatakan kendaraan pribadi akan menjadi pilihan masyarakat.

“Orang menggunakan mobilnya karena mereka takut menggunakan moda transportasi publik,” katanya.

Sebagai imbas kembalinya kemacetan di jalanan beberapa negara, permintaan terhadap gasoline bisa kembali menanjak. Hal itu bisa menjadi momentum pemulihan bagi harga minyak mentah.

Namun, prediksi tersebut dianggap terlalu awal karena masih belum terlihat jelas apakah kebiasaan menggunakan kendaraan pribadi akan mengerek naik permintaan gasoline global dan kembali pulih. Pasalnya, penggunaan kereta masih cukup tinggi di Asia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper