Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengkritik anggaran pelatihan daring yang terdapat di dalam Program Kartu Prakerja terkait upaya pemerintah membantu masyarakat terdampak pandemi Covid-19.
“Kalaupun pemerintah tetap ngotot mau bikin pelatihan, karena materi pelatihan itu dianggap penting, apa masuk akal biaya pelatihan daring menyedot anggaran hingga Rp5,6 triliun? Jangan lupa, duit sebesar itu habis hanya untuk membeli video tutorial. Ini kan tak masuk akal,” kata Fadli melalui keterangan tertulis yang diterima Bisnis, Jakarta, pada Senin (4/5/2020).
Sebagai pembanding, dia menerangkan, anggaran TVRI dan RRI dalam APBN 2020 itu masing-masing hanya Rp1,2 triliun dan Rp1,3 triliun. Jika, dia membeberkan, anggaran itu diserahkan kepada TVRI dan RRI maka seluruh target Program Kartu Prakerja dapat terpenuhi.
“Jika TVRI atau RRI diserahkan untuk memproduksi siaran program pelatihan ketrampilan dan kewirausahaan, saya kira seluruh masyarakat bisa mengakses. Bahkan, mereka tak perlu beli pulsa, kuota, atau memiliki ponsel Android untuk bisa mengakses,” kata dia.
Pemerintah meningkatkan anggaran program Kartu Prakerja dari Rp10 triliun menjadi Rp20 triliun dengan target peserta mencapai 5,6 juta peserta.
Setiap peserta disebut bakal menerima manfaat sebesar Rp3,55 juta terdiri dari biaya pelatihan sebesar Rp1 juta, insentif sebesar Rp600.000 per bulan selama 4 bulan, dan insentif pengisian survei sebesar Rp150.000 sebanyak 3 kali.
Apabila diasumsikan bahwa program Kartu Prakerja ditransformasikan dari pelatihan menjadi BLT dengan manfaat sebesar Rp600.000 per bulan selama 4 bulan dan difokuskan kepada korban PHK saja, maka korban PHK yang tercakup bisa mencapai 8,33 juta korban PHK.
Per 21 April, Kemenaker mencatat sudah terdapat 2,08 juta pekerja dari sektor formal dan informal yang terdampak Covid-19.
Pekerja formal yang dirumahkan mencapai 1,3 juta, sedangkan yang di PHK sebanyak 241.431 pekerja. Adapun dari sektor informal tercatat ada 538.385 pekerja yang kehilangan pekerjaan.