Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Angka Kematian 149 Orang Akibat Covid-19, India Wajibkan Penggunaan Masker

Penduduk di New Delhi dan pusat keuangan Mumbai, yang memiliki populasi gabungan hampir 40 juta diwajibkan mengenakan masker.
Suasana pedestrian di Mumbai, India, setelah pemberlakuan lockdown pada 25 Maret 2020. Bloomberg
Suasana pedestrian di Mumbai, India, setelah pemberlakuan lockdown pada 25 Maret 2020. Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Ratusan juta orang di India, termasuk di dua kota terbesarnya diwajibkan memakai masker atau penutup wajah di tengah penguncian (lockdown) nasional untuk memerangi penyebaran pandemi virus SARS-CoV-2.

Penduduk di New Delhi dan pusat keuangan Mumbai, yang memiliki populasi gabungan hampir 40 juta diwajibkan mengenakan masker.

Demikian juga di negara bagian Uttar Pradash yang berpenduduk 200 juta harus menutupi wajah mereka di ruang publik.

"Mengenakan masker wajah dapat mengurangi penyebaran virus corona secara substansial. Karena itu, telah diputuskan bahwa masker wajah menjadi wajib bagi siapa pun yang keluar dari rumah,” kata Menteri Utama Delhi, Arvind Kejriwal tadi malam seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Kamis (9/4/2020)."

Namun, akibat masker yang menipis di seluruh dunia, seorang pejabat mengatakan bahwa "penutup muka akan menjadi kata yang lebih tepat".

"Gamcha (sejenis kain katun) atau kain katun apa pun yang dapat menutupi mulut Anda juga dapat digunakan," kata Mrityunjay Kumar, penasihat media Menteri Utahma, Yogi Adityanath.

Kementerian Kesehatan pada akhir pekan lalu menyarankan semua penduduk di negara berpenduduk 1,3 miliar orang itu untuk menutupi hidung dan mulut mereka dengan penutup wajah buatan sendiri yang dapat digunakan kembali.

Kementerian itu juga merilis instruksi online tentang bagaimana orang bisa membuat masker mereka sendiri.

Aturan baru itu muncul ketika jumlah resmi kasus India naik di atas 5.200, termasuk 149 kematian.

Kuncian nasional diberlakukan mulai 25 Maret selama 21 hari sebagvaihmana dikutip Time of India. Penduduk diizinkan meninggalkan rumah mereka hanya untuk layanan penting seperti membeli bahan makanan dan obat-obatan.

Akan tetapi, jumlah kasus terus meningkat dan para pejabat menyalahkan pertemuan keagamaan besar pada Maret lalu ketika ribuan orang berkumpul untuk setidaknya 30 persen pasien.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper