Bisnis.com, JAKARTA – Mendukung partisipasi publik dalam pengelolaan sampah yang tantangannya masih sangat berat, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengutus dua pegiat sampah ke forum internasional.
Kedua pegiatan sampah itu adalah Wilda Yanti dari Waste Management Sosial Enterprise berbasis bank sampah yang saat ini menjabat Sekretaris Jendral Asosiasi Bank Sampah Indonesia (Asobsi) dan Ananto Isworo, Founder Gerakan Shadaqoh Sampah, yang diundang hadir pada Global Forum on Environment - Mainstreaming Gender and Empowering Women for Environmental Sustainability.
Forum ini diselenggarakan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) di Paris, 5—6 Maret 2020.
“Saya berterima kasih kita punya tokoh-tokoh di tengah masyarakat seperti ini. Kemarin juga di Labuan Bajo saya bertemu tokoh bank sampah, Bambang Suwerda. Saya yakin banyak tokoh-tokoh penggiat lingkungan yang bergerak bersama kita di berbagai penjuru Nusantara. Terima kasih sudah bersama-sama menggalakkan upaya atasi sampah,” kata Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar dalam keterangannya pada media, Sabtu (7/3/2020).
Menurutnya, ada dua aspek utama dalam penanganan lingkungan di Indonesia, yakni kebijakan pemerintah dan partisipasi publik. Karena eksternalitas kegiatan atau implementasi lingkungan berada dan langsung dirasakan masyarakat, maka persoalan lingkungan khususnya sampah solusinya juga berada di tengah masyarakat.
“Jadi ini merupakan urusan bersama dan peran berimbang dari semua unsur bangsa menjadi sangat penting. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih untuk aktualisasi semua itu. Kita harus selesaikan masalah bangsa kita ini dengan sebaik-baiknya,” ujar Siti.
Wilda Yanti menjadi pembicara dan mengisi sesi ke 5 dengan tema Gender-Specific Consumption Patterns, Behavioural Insight, and Circular Economy, pada 6 Maret 2019.
Di sesi ini, Wilda menyampaikan tentang bank sampah dan peran bank sampah membangun sistem pengelolaan sampah di Indonesia.
Bank sampah dengan empat kekuatan dasar yakni edukasi, kepedulian lingkungan, kepedulian sosial, dan pergerakan ekonomi, semakin menggerakan solusi pengelolaan sampah di Indonesia yang sekarang menuju masif.
Dengan kekuatan dasar itu telah tumbuh dan berkembang lebih 8.036 bank sampah di seluruh indonesia yang 80% di antaranya digerakkan oleh penggerak wanita dan sisanya oleh penggerak laki-laki.
“Kekuatan bank sampah menggerakkan terciptanya teknologi-teknologi pengelolaan sampah. Wanita tidak hanya sebagai pemakai teknologi, tetapi juga bisa menciptakan teknologi-teknologi ramah lingkungan yang bermanfaat bagi solusi sampah Indonesia,” kata Wilda.
Penggerak bank sampah juga bergerak menuju pengembangan energi baru terbarukan, seperti sampah organik menjadi biogas dan listrik berbasis masyarakat, yang semuanya juga digerakkan oleh banyak perempuan Indonesia.
Di forum ini, Wilda juga mendesak agar dunia international mencabut klaim bahwa Indonesia penyumbang sampah ke laut nomor 2 terbesar di dunia, dengan menyampaikan fakta-fakta bahwa Indonesia bukan produsen plastik terbesar.
“Indonesia terus berbenah untuk penanganan sampah menuju solusi masif, mengajak dunia internasional datang ke Indonesia untuk melihat keindahan alam Indonesia,” kata Wilda.
Di kesempatan yang sama, Ananto Isworo, Founder Gerakan Shadaqah Sampah (GSS) Kampung Brajan Tamantirto, Bantul, juga berbagi tentang kegiatan Shadaqoh Sampah dan Gerakan Eco Masjid.
Bagaimana sampah bisa digunakan untuk santunan pendidikan, santunan sembako, dan santunan kesehatan bagi masyarakat miskin dan anak-anak yatim piatu. Dengan jumlah relawan 40 orang dan 10 di antaranya adalah wanita.
“Kekuatan perempuan untuk menggerakkan edukasi pengelolaan sampah sangat besar. Peran perempuan sebagai pendidik utama untuk lingkungan berkelanjutan sangat penting,” kata Ananto.