Bisnis.com, JAKARTA – Berbagai informasi beredar di masyarakat tentang virus corona atau Covid-19. Salah satunya adalah ketahanan dari virus tersebut ketika menempel di benda mati.
Virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China itu disinyalir mampu bertahan lama ketika menempel di benda mati dan menularkannya ke makhluk hidup, tak terkecuali manusia layaknya virus Middle East respiratory syndrome (MERS) dan Severe acute respiratory syndrome (SARS) yang masih sama-sama keluarga coronavirus.
Terkait dengan hal tersebut, sebelumnya Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) di Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto mengklaim bahwa virus corona tidak bisa menular lewat benda mati lantaran membutuhkan inang dan hanya bisa bertahan hanya sel yang hidup.
Lantas, apakah memang virus yang sudah terkonfirmasi menginfeksi dua orang di Tanah Air itu bisa bertahan hidup dan menular lewat benda mati?
Peneliti bidang mikrobiologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Sugiyono Saputra menyatakan sampai dengan saat ini belum ada penelitian mengenai kemampuan bertahan virus corona ketika menempel di benda mati.
Dia menyebut selama ini acuan yang digunakan adalah lama hidup virus MERS dan SARS yang masih satu keluarga dan memang mampu bertahan hidup di benda mati sampai dengan sembilan hari.
Baca Juga
Kemampuan bertahan hidup kedua virus tersebut menurutnya dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara lain jumlah, suhu, hingga kelembaban. Keduanya mampu bertahan hidup lebih lama di kondisi yang lembab dan dingin.
“Memang betul semakin rendah suhu, semakin dingin ketahanannya semakin lama. Namun, jika suhunya semakin panas kira-kira diatas 30 derajat celcius memang ketahannya semakin rendah. Ini bukan karakteristik dari Covid-19 tapi Coronavirus lainnya yang sudah diteliti sebelumnya. Saat ini masih mengacu kesana,” katanya ketika dihubungi oleh Bisnis.com pada Rabu (4/3/2020).
Lebih lanjut, menurut Sugiyono untuk mencegah penularan virus corona, maka bisa menyemprotkan cairan desinfektan yang berbahan dasar alkohol 70 persen atau sodium hypoclorite 0,1% ke benda-benda yang dikhawatirkan menjadi tempat menempelnya virus dan mendiamkannya selama satu menit.
“Sodium hypoclorite itu cairannya seperti yang digunakan di kolam renang,” ungkapnya.
Adapun, untuk kemampuan perpindahan virus melalui kontak fisik antarmanusia, terutama berjabat tangan, menurut Sugiyono belum ada penelitian mengenai hal tersebut.
Namun, untuk kemampuan perpindahan virus melalui kontak fisik antarmanusia, terutama berjabat tangan, menurut Sugiyono belum ada penelitian mengenai hal tersebut. Namun yang jelas, kontak fisik selama kurang lebih lima detik dengan permukaan yang terkontaminasi influenza tipe A bisa mentransfer sekitar 30 persen dari viral load yang ada.
“Dari cairan tubuh yang mungkin menempel di tubuh orang yang kontak fisik dengan kita itu ada kemungkinan untuk menularkan penyakit. Misalnya ketika ada orang terinfeksi berjabat tangan dengan orang sehat dengan daya tahan tubuh yang kurang dan langsung mengucek-ucek matanya itu kemungkinan bisa mentransfer penyakit,” ujarnya.