Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Virus Corona (COVID-19): Korban Tewas 1.113 Jiwa, The Fed Pantau Perkembangan

Dikutip dari www.worldometers.info, korban jiwa di China tercatat 1.111 orang hingga Rabu pukul 05.00 WIB, bertambah sebanyak 95 jiwa sejak Selasa (12/2).
Pejabat mengenakan pelindung di Cheung Hong Estate di distrik Tsing Yi, Hong Kong, China, pada pagi hari Selasa, 11 Februari 2020. Pemerintah Hong Kong telah mengevakuasi beberapa warganya di sebuah gedung tempat dua pasien telah dikonfirmasi memiliki infeksi virus corona, menurut Wong Ka-Hing, pengontrol di Pusat Perlindungan Kesehatan./ Bloomberg
Pejabat mengenakan pelindung di Cheung Hong Estate di distrik Tsing Yi, Hong Kong, China, pada pagi hari Selasa, 11 Februari 2020. Pemerintah Hong Kong telah mengevakuasi beberapa warganya di sebuah gedung tempat dua pasien telah dikonfirmasi memiliki infeksi virus corona, menurut Wong Ka-Hing, pengontrol di Pusat Perlindungan Kesehatan./ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Angka kematian akibat wabah virus corona (COVID-19) melonjak hingga lebih dari 1.100 korban jiwa pada hari ini, Rabu (12/2/2020).

Dikutip dari www.worldometers.info, korban jiwa di China tercatat 1.111 orang hingga Rabu pukul 05.00 WIB, bertambah sebanyak 95 jiwa sejak Selasa (12/2).

Sebanyak 94 angka kematian tambahan tersebut berasa dari Provinsi Hubei, China, jantung wabah virus, seperti dilansir Bloomberg. Sebagian besar korban jiwa di China datang dari provinsi ini.

Sementara itu, kematian di luar China terjadi di Filipina dan Hong Kong masing-masing sebanyak 1 orang. Dengan demikian, wabah virus ini telah merenggut total 1.113 nyawa. Angka kematian tersebut telah melampaui jumlah korban akibat MERS yang mencapai 858 jiwa pada 2012.

Adapun jumlah yang dipastikan terinfeksi virus corona di China hingga Rabu (12/2) bertambah 1.722 orang, sehingga jumlah total pengidap virus sejauh ini di negeri tersebut mencapai 44.360 orang.

Virus ini juga telah menjalar ke 27 negara lain di Asia dan Eropa. Menyusul China berturut-turut adalah Jepang, Singapura, dan Hong Kong yang mencatatkan masing-masing 163, 49, dan 47 kasus.

Dari total 44.838 kasus virus corona di seluruh dunia hingga Rabu (12/2), sebanyak 7.345 di antaranya dalam kondisi kritis. Di sisi lain, jumlah pasien yang dinyatakan sembuh juga bertambah menjadi 4.536 orang.

Hubei menambahkan 1.648 kasus baru selama periode 24 jam, menurut pernyataan dari komisi kesehatan setempat. Total kasus yang dikonfirmasi di Hubei saat ini mencapai 33.366.

Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) akhirnya mengumumkan nama resmi dari virus Corona untuk menggantikan sebutan 2019-novel Corona Virus atau 2019-nCoV.

Nama resmi untuk 2019-nCoV diberikan setelah dua bulan virus tersebut ditemukan.

"Kami sekarang memiliki nama untuk penyakit tersebut, yaitu COVID-19," kata Sekretaris Jenderal ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi persnya di Jenewa, Swiss pada Selasa (11/2/2020) waktu setempat, dilansir dari BBC.

Tedros menyebut COVID-19 merupakan kepanjangan dari coronavirus disease that was discovered in 2019 atau diartikan sebagai penyakit virus corona yang ditemukan pada 2019.

Sementara itu, Gubernur Federal Jerome Powell mengatakan bank sentral AS mengatakan wabah COVID-19 berisiko menghambat pertumbuhan ekonomi AS dan global. The Fed pun tengah mengawasi dengan cermat dampak dari wabah tersebut.

"Secara khusus, kami memantau dengan cermat munculnya virus corona, yang dapat menyebabkan gangguan di China yang meluas ke seluruh ekonomi global," kata Powell dalam sambutannya di hadapan anggota parlemen AS, Selasa (11/2), seperti dikutip Bloomberg.

Namun, Powell mengatakan wabah virus corona belum mengubah pandangan dasar Fed terhadap ekonomi AS, atau harapan di antara banyak anggota Federal Open Market Committee (FOMC) bahwa suku bunga akan tetap ditahan tahun ini.

"FOMC percaya bahwa sikap kebijakan moneter saat ini akan mendukung kelanjutan pertumbuhan ekonomi, pasar tenaga kerja yang kuat, dan inflasi yang kembali ke target 2 persen.” kata Powell.

"Selama informasi yang masuk mengenai ekonomi tetap konsisten secara luas dengan pandangan ini, sikap kebijakan moneter saat ini kemungkinan akan tetap sesuai," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper