Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Imlek, PBOC Suntikkan US$43,51 Miliar ke Sistem Perbankan

Bank Sentral China menyuntikkan likuiditas ke perbankan lewat fasilitas pinjaman jangka menengah (medium-terms loans facility/MLF) sembari menahan suku bunga menjelang Tahun Baru Imlek 2020.

Bisnis.com, PEKANBARU—Bank Sentral China menyuntikkan likuiditas ke perbankan lewat fasilitas pinjaman jangka menengah (medium-terms loans facility/MLF) sembari menahan suku bunga menjelang Tahun Baru Imlek 2020.

Melalui laman resminya, People’s Bank of China (PBOC) telah menyuntikkan 300 miliar yuan atau US$43,51 miliar ke dalam sistem perbankan melalui sejumlah perangkat likuiditas (liquidity tool) dengan suku bunga tidak berubah sebesar 3,25%.

Secara terpisah, PBOC juga melanjutkan suntikan dana senilai 100 miliar yuan dengan suku bunga 14-day reverse repo tidak berubah sebesar 2,65%.

“[Suntikan] ini untuk mengimbangi dampak faktor-faktor seperti pembayaran pajak dan permintaan uang tunai, serta untuk menjaga likuiditas sistem perbankan tetap cukup sebelum libur panjang Tahun Baru Imlek dimulai Jumat depan,” tulis PBOC melalui pernyataan yang dikutip dari Reuters, Kamis (15/1/2020).

Adapun, kombinasi meningkatnya permintaan uang tunai dari korporasi maupun rumah tangga menjelang Tahun Baru Imlek 2020, penerbitan obligasi dari pemerintah daerah, dan pembayaran pajak kuartalan perusahaan telah semakin menekan likuiditas perbankan di China. Beberapa analis pun memperkirakan gap likuiditas perbankan di Negeri Panda bakal melebar hingga 2,8 triliun yuan.

Adapun MLF kini telah  menjadi panduan baru bagi bank sentral untuk mengatur suku bunga pinjaman utama (Loan Prime Rate/LPR). Frances Cheung, Head of Macro Strategy for Asia di Westpac Singapura, mengatakan bahwa perubahan suku bunga MLF bisa menjadi acuan untuk melihat pergerakan arah suku bunga LPR.

Adapun LPR merupakan suku bunga pinjaman yang diatur secara bulanan untuk 18 perbankan di China. PBOC mengubah mekanisme penetapan LPR pada Agustus 2019 yang mana sejak saat itu LPR telah diturunkan sebesar total 10 bps sebagai upaya untuk menopang perekonomian yang terpukul akibat perang dagang dengan AS.

“Kami menilai pengaturan LPR setiap bulannya memiliki peluang untuk pemangkasan sebesar 5 bps. Kami memperkirakan lebih banyak suntikan ke pasar dalam beberapa hari ke depan. Hal ini seharusnya direpons positif oleh pasar karena suntikan likuiditas diharapkan bisa memenuhi permintaan [tunai],” kata Cheung.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper