Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Skeptis Atas Tuduhan Devaluasi Nilai Tukar Brasil dan Argentina Oleh Trump

Presiden AS Donald Trump yang saat ini dijuluki sebagai Tariff Man kembali berulah. Kali ini, Donald Trump mengancam untuk menaikkan tarif impor baja dan aluminium AS dari Brasil dan Argentina secara tidak diduga.
Presiden AS Donlad Trump./Reuters
Presiden AS Donlad Trump./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Tuduhan Presiden AS Donald Trump bahwa mata uang Brasil dan Argentina sengaja didevaluasi secara artifisial disambut dengan skeptisisme yang meluas oleh banyak pihak.

Presiden AS Donald Trump yang saat ini dijuluki sebagai Tariff Man kembali berulah. Kali ini, Donald Trump mengancam untuk menaikkan tarif impor baja dan aluminium AS dari Brasil dan Argentina secara tidak diduga.

Presiden AS Donald Trump mengatakan dalam cuitan di akun resmi twitternya bahwa tarif tersebut diperlukan karena Brasil dan Argentina telah memimpin aksi devaluasi mata uangnya secara besar-besaran sehingga tidak baik untuk para petani dalam negeri.

"Tarif tersebut akan segera berlaku dalam waktu dekat," ujar Trump dalam cuitannya, dikutip dari Reuters, Selasa (3/12/2019).

Padahal, dalam faktanya banyak analis menuturkan bahwa Brasil dan Argentina justru tengah berupaya untuk mengeluarkan mata uangnya dari zona merah dan bergerak menguat di hadapan dolar AS.

Kepala Bank Sentral Brasil Roberto Campos Neto mengatakan bahwa real Brasil merupakan mata uang mengambang dan bank sentral tidak menargetkan nilai tertentu. Dia mengatakan bahwa penurunan real Brasil baru-baru ini terkait dengan kekecewaan dalam lelang minyak yang gagal menarik investor besar.

Sementara itu, Pemerintah Argentina saat ini juga tengah menerapkan kontrol mata uang untuk menstabilkan peso yang terkepung di zona merah sehingga tidak dengan sengaja melakukan devaluasi nilai tukar.

Berdasarkan data Bloomberg, secara year to date peso Argentina telah terdepresiasi sebesar 37,184 persen terhadap dolar AS, sedangkan real Brasil telah bergerak melemah 7,96 persen melawan greenback.

Seperti yang diketahui, Presiden AS Donald Trump sepanjang tahun ini telah mendesak Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga sehingga negara lain tidak dapat mengambil keuntungan dari penguatan dolar AS.

Trump berulang kali mendesak bank sentral AS untuk menurunkan suku bunga di bawah nol, tetapi para pembuat kebijakan The Fed enggan melakukan hal tersebut dan menilai suku bunga minus tidak tepat bagi kondisi ekonomi AS saat ini.

Kendati demikian, sepanjang tahun ini The Fed sudah melakukan tiga kali pemangkasan suku bunga dengan posisi suku bunga acuan saat ini berada di level 1,5 persen. Adapun, The Fed akan mengadakan pertemuan berikutnya pada 10-11 Desember.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Finna U. Ulfah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper