Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Properti Australia Kembali Terguncang

Sydney dan Melbourne memimpin rebound dengan kenaikan harga masing-masing mencapai 2,70 persen dan 2,20 persen.
Sydney, ibu kota New South Wales, Australia, tampak diselimuti kabut asap pada Selasa (19/11/2019)./Reuters
Sydney, ibu kota New South Wales, Australia, tampak diselimuti kabut asap pada Selasa (19/11/2019)./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Pasar properti Australia kembali terguncang lantaran harga properti terutama dari sektor residensial mengalami lonjakan tertinggi dalam 16 tahun pada November lalu.

Berdasarkan laporan CoreLogic Inc., nilai properti di Australia secara nasional mengalami kenaikan 1,70 persen pada bulan lalu, kenaikan tertinggi yang tercatat sejak 2003. Sydney dan Melbourne memimpin rebound dengan kenaikan harga masing-masing mencapai 2,70 persen dan 2,20 persen.

Secara tahunan, kenaikan pada kuartal III/2019 dibandingkan dengan 2018 di dua kota tersebut mencapai sekitar 20%. Pada posisi tersebut, harga rumah saat ini bahkan bisa menutup semua kerugian yang telah terjadi selama periode downturn sepanjang tahun ini dan bisa mencapai titik tertinggi pada awal 2020.

“Pasar properti hunian di Australia dalam 5 bulan terakhir menanjak tanpa diduga-duga. Pertanyaannya sekarang adalah seberapa lama kondisi kenaikan harga dan keuntungan modal dengan laju cepat ini bisa bertahan?” kata Tim Lawless, Research Director CoreLogic, dilansir Bloomberg, Senin (2/12/2019).

Kondisi rebound harga hunian di Australia ini berbanding terbalik 180 derajat dari 6 bulan lalu. Bahkan, ketika itu para ekonom sampai bertanya-tanya sampai kapankah harga rumah di Australia akan terus turun.

Lantaran adanya suku bunga acuan yang berada di rekor terendah dan relaksasi aturan kredit pinjaman, harga rumah di Negeri Kanguru itu terus terkerek naik, didukung pula oleh penyusutan pasok di pasar properti.

Hal itu memicu ketakutan baru bagi para pembeli. Pasalnya, jika mereka tidak beli hunian sekarang, harganya akan terlanjur tinggi dan mereka kehilangan kesempatan untuk segera memiliki hunian.

“Dengan kondisi penjualan yang masih sangat kuat, kemungkinan besar akan ada tambahan pasok yang mulai listing pada kuartal pertama 2020. Ini akan menguji kedalaman pasar dan akan mengurangi kontribusi pasok yang ada pada kenaikan harga,” jelas Lawless.

Sementara ini, kenaikan harga secara signifikan baru terasa di dua kota besar Australia. Namun, trennya diperkirakan terus menyebar. Hal itu terlihat dari harga rumah naik 0,40 persen di Perth, yang selama 5 tahun terakhir sepi lantaran aktivitas pertambangan sudah berhenti.

Adapun, para ekonom juga diperkirakan melakukan revisi proyeksinya dengan HSBC Holdings Plc. beberapa waktu lalu telah melipatgandakan proyeksinya untuk pertumbuhan harga hunian di seluruh Australia untuk 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper