Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aparat Perlu Waspadai Dua Ancaman Ini Jelang Pelantikan Presiden

Pengamat Intelijen Stanislaus Riyanta mengatakan pengamanan yang dilakukan oleh aparat gabungan sudah cukup baik. Kesiapan ini diyakini mampu menghalangi ancaman yang terjadi. Namun aparat tetap perlu mengantisipasi pelbagai potensi tersebut.
Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) melakukan simulasi pengamanan pelantikan presiden dan wakil presiden saat gladi kotor di kompleks parlemen, Jakarta, Jumat (18/10/2019). (ANTARA/Muhammad Adimaja)
Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) melakukan simulasi pengamanan pelantikan presiden dan wakil presiden saat gladi kotor di kompleks parlemen, Jakarta, Jumat (18/10/2019). (ANTARA/Muhammad Adimaja)

Bisnis.com, JAKARTA - Aparat keamanan dinilai perlu mewaspadai dua ancaman yang bisa saja mengganggu agenda pelantikan Presiden. Ancaman tersebut yaitu terorisme dan unjuk rasa.

Pengamat Intelijen Stanislaus Riyanta mengatakan pengamanan yang dilakukan oleh aparat gabungan sudah cukup baik. Kesiapan ini diyakini mampu menghalangi ancaman yang terjadi. Namun aparat tetap perlu mengantisipasi pelbagai potensi tersebut.

"Ancamannya yaitu terorisme dan unjuk rasa. Perlawanannya dengan cara seperti ini. Meski begitu pengamanan cukup baik," katanya saat diskusi Indonesian Public Institute di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (19/10/2019).

Tingkat pengamanan ini dapat dilihat dari kerja intelijen di lapangan. Menurutnya saat ini aparat telah menangkap lebih dari 40 orang terkait terorisme yang masuk jaringan Abu Rara, pelaku penusukan terhadap Menkopolhukam Wiranto belum lama ini.

Dia menyebut target para pelaku tersebut diantaranya markas polisi, tempat ibadah dan aparat kepolisian yang berjaga di jalan. Para pelaku teror juga akan menggunakan berbagai senjata baik bom maupun senjata tajam.

"Kalau kita lihat apakah pelantikan Presiden akan berjalan aman? [Jawabannya] aman. Tapi bagaimana dengan lokasi di luar tempat pelantikan? Itu yang harus diwaspadai. Saya yakin mereka [pelaku teror] di luar Jakarta dan merubah model," terangnya.

Selain itu, petugas keamanan perlu mewaspadai pelaku teror seperti lone wolf atau penyerang seorang diri. Mereka biasa tidak memiliki afiliasi terhadap kelompok teroris manapun seperti oknum dosen IPB Abdul Basit. Akan tetapi pergerakan orang-orang ini sebutnya sulit diprediksi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rayful Mudassir
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper