Bisnis.com, BEIJING - Perang dagang antara Amerika Serikat dan China masih jauh dari kemungkinan damai. Paling akhir China dikabarkan akan melawan tindakan paling akhir Amerika Serikat yang menaikkan tarif atas barang-barang China. Demikian diberitakan harian Partai Komunis --yang berkuasa di China-- People's Daily.
Pernyataan itu dikeluarkan di tengah peningkatan perang dagang antara kedua ekonomi terbesar di dunia tersebut.
"China yakin bahwa negara ini akan menyusuri jalannya sendiri dan melakukan tindakannya dengan baik, dan takkan pernah ragu-ragu dalam pendiriannya untuk menghadapi setiap provokasi oleh pihak AS," kata harian tersebut di dalam satu komentar.
Politisi AS, yang berusaha menghambat perkembangan ekonomi China, masih ingin menggunakan taktik melancarkan tekanan maksimum atas China, yang nyaris tak membuahkan hasil, kata surat kabar itu.
AS takkan menang dalam perang dagang tersebut akibat nasib buruk yang dihadapi pengusaha dan para petaninya, kata People's Daily, sebagaimana dikutip Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Minggu (25/8/2019).
China pada Sabtu (24/8) menyatakan negara itu menentang keputusan Washington untuk mengenakan tarif tambahan atas barang-barang China dengan nilai 550 miliar dolar AS dan memperingatkan Amerika Serikat mengenai konsekuensi jika Washington tidak mengakhiri "perbuatan kelirunya".
Presiden AS Donald Trump pada Jumat mengumumkan Washington akan memberlakukan tambahan bea lima persen atas barang-barang China, beberapa jam setelah Beijing mengumumkan tarif pembalasan paling akhirnya atas barang-barang AS bernilai 75 miliar dolar dalam tindakan saling-membalas paling akhir dalam sengketa dagang bilateral mereka.
Meningkatnya perang dagang menimbulkan kekhawatiran mengenai resesi ekonomi global.