Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Tergelincir, Investor Pertimbangkan Langkah The Fed Selanjutnya

Saham di Asia turun lebih rendah pada Kamis (22/8/2019), karena investor dapat menemukan banyak petunjuk dari risalah pertemuan FOMC 30-31 Juli yang dapat mendorong pemangkasan suku bunga lebih agresif.
Gubernur The Fed Jerome Powell/Bloomberg
Gubernur The Fed Jerome Powell/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA -- Saham di Asia turun lebih rendah pada Kamis (22/8/2019), karena investor dapat menemukan banyak petunjuk dari risalah pertemuan FOMC 30-31 Juli yang dapat mendorong pemangkasan suku bunga lebih agresif.

Imbal hasil treasuri turun lebih rendah, sedangkan yuan melemah.

Dilansir melalui Bloomberg, Hong Kong menderita kerugian besar, sedangkan China dan Jepang melaporan penurunan yang lebih sederhana.

Aktivitas perdagangan pekan ini telah berkurang minggu jelang pidato Gubernur The Fed Jerome Powell pada Jumat (23/8/2019), sedangkan volume pada treasury futures kembali berkurang.

Benchmark untuk imbal hasil bertenor 10 tahun terus berfluktuasi dan merosot menjadi 1,57%. Sementara itu, sedikit perubahan terjadi pada minyak dan dolar Amerika Serikat.

Ragam pandangan dari pembuat kebijakan AS yang ditunjukkan dalam risalah pertemuan Juli 2019 menggarisbawahi kesulitan yang dihadapi The Fed menjelang keputusan kebijakan bulan depan ketika investor mengharapkan penurunan suku bunga lagi.

Di sisi lain, Presiden Donald Trump melanjutkan serangan tanpa henti terhadap bank sentral, mengklaim bahwa satu-satunya masalah yang Washington hadapi saat ini adala Jay Powell dan The Fed.

Jack McIntyre, manajer portofolio pendapatan tetap (fixed-income) di Brandywine Global Investment Management LLC, memandang bahwa pidato Powell di Jackson Hole adalah awal dari The Fed yang menawarkan lebih banyak fleksibilitas dan opsionalitas.

"Yang saya maksudkan adalah mungkin The Fed akan mengirim pesan ke pasar bahwa mereka terbuka untuk melakukan siklus pemangkasan suku bunga jangka panjang," kata McIntyre.

Di benua biru, obligasi 30 tahun pertama Jerman yang menawarkan kupon 0% menunjukkan permintaan lemah sampai dengan Rabu (21/8/2019). Sementara itu, pound Inggris stabil setelah tergelincir di tengah kemungkinan no-deal Brexit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper