Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gara-Gara Karyawannya Ikut Demo, Cathay Pacific dan Dragon Air Diboikot

Sebuah perusahaan milik pemerintah China dikabarkan mengatakan kepada karyawan-karyawannya untuk tidak terbang dengan Cathay Pacific Airways.
Ilustrasi - Pesawat Cathay Dragon/Bisnis-philippineflightnetrwork.com
Ilustrasi - Pesawat Cathay Dragon/Bisnis-philippineflightnetrwork.com

Bisnis.com, JAKARTA – Sebuah perusahaan milik pemerintah China dikabarkan mengatakan kepada karyawan-karyawannya untuk tidak terbang dengan Cathay Pacific Airways.

Kabar ini memperluas dampak bagi maskapai utama Hong Kong itu setelah sejumlah karyawannya diketahui ambil bagian dalam demonstrasi anti-Beijing yang menyulut kegeraman pemerintah di daratan China.

Menurut sumber terkait yang identitasnya dirahasiakan, China Huarong International Holdings Ltd. pada Jumat (9/8/2019), meminta para karyawannya agar memilih maskapai penerbangan selain Cathay atau unit maskapai ini, Dragon Air, untuk perjalanan bisnis maupun pribadi.

Menyusul pemberitaan tersebut, saham Cathay Pacific ditutup di level terendahnya dalam 10 tahun pada perdagangan hari ini, Senin (12/8/2019).  Cathay seolah-olah muncul sebagai target paling nyata di Hong Kong bagi pemerintah China yang telah kehilangan kesabarannya.

Demonstrasi besar-besaran telah mencengkeram bekas jajahan Inggris tersebut selama lebih dari dua bulan dan mendorong otoritas bandara untuk mengambil langkah luar biasa dengan membatalkan semua penerbangan masuk dan keluar dari Hong Kong hari ini.

Pada saat yang sama, langkah China Huarong juga berfungsi sebagai pengingat tentang bagaimana boikot oleh pemerintah China dapat menerapkan tekanan ekonomi yang sangat besar pada perusahaan dan negara yang tak disukainya, seperti yang terjadi pada perusahaan-perusahaan Korea Selatan dan Jepang dalam beberapa tahun terakhir.

Sejauh ini, baik perwakilan di Huarong International maupun Cathay belum menyampaikan respons atas boikot tersebut, sebagaimana diberitakan Bloomberg.

Pekan lalu, Cathay Pacific, salah satu brand paling ternama di Hong Kong, mendapat kecaman dari media pemerintah China setelah sejumlah karyawannya diketahui ambil bagian dalam demonstrasi yang mengakibatkan pembatalan ratusan penerbangan.

Tindakan karyawan Cathay mendorong Global Times, sebuah makalah nasionalis yang diterbitkan oleh Partai Komunis, untuk memperingatkan bahwa perusahaan ini akan "membayar konsekuensi yang menyakitkan”.

Kemudian pada Jumat (9/8), Administrasi Penerbangan Sipil China (CAAC) meningkatkan tekanan dengan mengeluarkan tuntutan kepada maskapai ini.

Salah satu tuntutannya adalah melarang karyawan yang mendukung atau bergabung dengan demonstrasi di Hong Kong baru-baru ini, masuk dalam susunan awak pesawat yang terbang ke daratan China.

Pihak Cathay merespons cepat permintaan China tersebut dengan membebastugaskan seorang pilot yang ditangkap dalam demonstrasi anti-pemerintah di Hong Kong.

Cathay juga memecat dua karyawan bandara dengan alasan tindak pelanggaran pada Sabtu (10/12/2019). Tak hanya itu, manajemen perusahaan menyatakan akan melarang staf yang memiliki pandangan "terlalu radikal" untuk masuk dalam susunan awak pesawat menuju daratan China.

Saham Cathay pun merosot 4,9 persen menjadi HK$9,80 pada perdagangan hari ini, level terendah sejak Juni 2009. Adapun saham Swire Pacific Ltd., induk perusahaan Cathay, turun tajam 6,2 persen, terbesar dalam hampir empat tahun.

Bagi Cathay, tuntutan CAAC memaksanya untuk memilih antara memicu kemarahan para karyawannya sendiri atau masyarakat China. Negeri Tirai Bambu kemungkinan merupakan pasar yang paling penting bagi perusahaan ini.

Meski Cathay Pacific tidak mengungkapkan gangguan bisnis di daratan China, penerbangan yang berasal dari sana dan Hong Kong berkontribusi sekitar separuh dari pendapatan perusahaan.

“Perintah otoritas China itu tidak hanya dapat mengancam penerbangan langsung Cathay ke China tetapi juga ke Eropa dan AS karena rute-rute itu terbang di atas wilayah udara China,” terang analis Jefferies Hong Kong Ltd. Andrew Lee dalam risetnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper