Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Remehkan Dampak Perang Dagang AS-China

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menepis kekhawatiran perang dagang yang berlarut-larut dengan China meski Beijing memperingatkan bahwa menyebutnya sebagai manipulator mata uang akan memiliki konsekuensi parah bagi tatanan keuangan global.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump./Reuters
Presiden Amerika Serikat Donald Trump./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menepis kekhawatiran perang dagang yang berlarut-larut dengan China meski Beijing memperingatkan bahwa menyebutnya sebagai manipulator mata uang akan memiliki konsekuensi parah bagi tatanan keuangan global.

Trump, yang mengumumkan minggu lalu bahwa dia akan mengenakan tarif 10 persen pada impor produk China senilai US$300 miliar mulai 1 September, mengatakan bahwa sejumlah besar uang dari China dan negara lain tetap mengalir ke dalam ekonomi AS.

Dia juga berjanji untuk berdiri bersama para petani Amerika Serikat dalam menghadapi pembalasan China.

China telah menghentikan pembelian produk pertanian AS dan meningkatkan kemungkinan tarif tambahan untuk produk pertanian AS.

Para petani AS yang menjadi konstituen politik utama untuk Trump, menjadi salah satu yang paling terpukul dalam perang dagang tersebut.

Pengiriman kedelai, ekspor pertanian AS yang paling besar ke China merosot ke posisi terendah dalam 16 tahun pada 2018 seperti dikutip Reuters, Rabu (7/8/2019).

Meski Trump mengecilkan arti perang dagang, namun Presiden Bank Sentral negara bagian StLouis, James Bullard mengatakan bank sentral AS mungkin akan terjebak dengan lingkungan perdagangan global yang bergejolak selama bertahun-tahun.

"Saya pikir ketidakpastian rezim perdagangan tinggi saat ini," kata Bullard pada acara makan siang National Economist Club.

Dia memperkirakan ketidakpastian itu belum akan hilang dalam waktu dekat. 

Departemen Keuangan AS mengatakan pada hari Senin bahwa mereka telah mengidentifikasi untuk pertama kalinya sejak 1994 bahwa Beijing telah memanipulasi mata uangnya.

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper