Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

GEMPA BANTEN : 6,9 atau 7,4 Magnitudo. Mana yang Benar?

Pada hari Jum'at (01/08/2019) lalu, kawasan Sumur Banten diguncang gempa dengan kekuatan magnitudo 7,4. 
Relawan memeriksa rumah warga yang rusak akibat diguncang gempa di Kampung Karoya, Mandalawangi, Pandeglang, Banten, Sabtu (3/8/2019). Menurut data BPBD Banten satu orang meninggal dan sebanyak 112 rumah rusak berat dan ringan dengan rincian di Lebak sebanyak 12 rumah, di Pandeglang 91 rumah, dan di Serang 9 rumah rusak akibat gempa berkekuatan 6,9 SR yang terjadi Jumat (2/8) malam./Antara-Asep Fathulrahman
Relawan memeriksa rumah warga yang rusak akibat diguncang gempa di Kampung Karoya, Mandalawangi, Pandeglang, Banten, Sabtu (3/8/2019). Menurut data BPBD Banten satu orang meninggal dan sebanyak 112 rumah rusak berat dan ringan dengan rincian di Lebak sebanyak 12 rumah, di Pandeglang 91 rumah, dan di Serang 9 rumah rusak akibat gempa berkekuatan 6,9 SR yang terjadi Jumat (2/8) malam./Antara-Asep Fathulrahman

Bisnis.com, JAKARTA - Pada hari Jum'at (01/08/2019) lalu, kawasan Sumur Banten diguncang gempa dengan kekuatan magnitudo 7,4. 

Kemudian, BMKG mengupdate data tersebut dan menyebutkan gempa dengan pusat kedalaman 10 kilometer di dalam laut itu berkekuatan 6,9 magnitudo.

Masyarakatpun bertanya, sebenarnya berapa kekuatan gempa yang merusak ratusan rumah dan menewaskan empat orang di Banten tersebut?

Dalam akun instagram pribadinya, BMKG merilis artikel yang membahas mengenai berapa kekuatan sebenarnya gempa tersebut.

Artikel yang ditulis oleh Pengamat Meteorologi dan Geofisika (PMG) muda BMKG Gian Ginanjar itu menyebutkan Akan selalu ada tarik ulur (trade off) antara kecepatan dan keakuratan. Semakin besar magnitudo gempa, semakin lama durasi rekaman seismik dari sumber gempa untuk mengeluarkan semua energinya.

Sementara itu BMKG diharuskan mengirim informasi gempa bumi maupun Peringatan Dini Tsunami (PDT) dalam waktu kurang dari 5 menit. Maka hasil apapun parameter gempa yang dihasilkan dalam waktu kurang dari 5 menit, itulah yg dipublish dan disebarluaskan sebagai informasi. .

Bahkan misalkan magnitudo gempanya sangat besar, maka BMKG harus mengirimkan hasil parameter gempa sebelum gempanya selesai melepas semua energinya. Singkatnya, dalam menit ke-3 kita sudah harus selesai melakukan analisis untuk melanjutkan ke pekerjaan lain yanitu pemodelan tsunami, selanjutnya dikirim ke sistem pengiriman (diseminasi), yang sebenarnya data signal gempa masih terus masuk ke system akuisisi saat itu.

"Maka dari itu perlu adanya informasi update atau pemutakhiran parameter gempa. Sudah lama BMKG berusaha mensosialisasikan hal ini, bahwa informasi gempa kurang dari 5 menit itu adalah infonformasi awal atau informasi cepat. Akan tetapi akan selalu ada update/pemutakhitannya terutama untuk parameter gempa-gempa dengan magnitudo yang signifikan.

Baik USGS (USA) maupun GEOFON (Jerman) tidak ada kewajiban untuk menyebarluaskan informasi dalam waktu kurang dari 5 menit, karena mereka memang bukan lembaga peringatan dini tsunami. Bahkan kalau kita amati situs USGS dan GEOFON pada saat 5 menit pertama malah mereka belum mengeluarkan infonrmasi. Mereka bisa biasanya melakukan analisis penentuan parameter gempa sesudah catatan gempanya selesai, atau sesudah semua data terkumpul, baru dilakukan analisis. Mereka juga melakukan update apabila ada tambahan atau masuknya data baru," tulis artikel itu.

Dalam hal ini BMKG akan meng-update atau memutakhirkan parameter gempanya, setelah semua data masuk, maka hasilnya tidak akan jauh dari hasil USGS atau GEOFON, karena memang menganalisa gempa yang sama. Hanya beda frame waktunya saja.

Untuk kasus gempa di Banten, pada menit ke 10 sudah menemukan angka 6,9 namun belum mengakhiri PDT karena sesuai SOP harus menunggu hasil observasi air muka laut.

"Dan belajar dari kasus kasus sebelumnya dimana ada efek "ikutan" dari gempanya, karena itu ditunggu hingga dua jam setelah gempa dan peringatan dini tsunami, sebagai bagian dari worst case," tambahnya.

Selanjutnya, katanya  setelah pemutakhiran PDT maka paramater yang digunakan adalah data yang terupdate tadi yakni 6,9.

Namun patut disayangkan dan yang terjadi banyak pihak yang meyalahkan BMKG yang telah mengeluarkan data 7,4 magnitudo dan mengubahnya menjadi 6,9 tanpa memahami prosesnya. Padahal BMKG dan USGS bekerja dengan mekanisme yang sama dan pada menit ke 10 sudah menemukan data 6,9.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper