Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Di-Blacklist di AS, Huawei Justru Kukuhkan Dominasinya di China

Menurut hasil riset Canalys, seperti dikutip dari Reuters, Huawei mencatatkan peningkatan pangsa pasar menjadi 38 persen. Persentase ini naik 10 poin dibandingkan dengan posisi pada kuartal yang sama tahun lalu.
Logo perusahaan Huawei tampak di mal di Shanghai, China, 3 Juni 2019, /REUTERS
Logo perusahaan Huawei tampak di mal di Shanghai, China, 3 Juni 2019, /REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA – Huawei Technologies mengukuhkan dominasinya dengan menunjukkan peningkatan pangsa pasar ponsel pintar di China yang tengah mengalami penurunan pada kuartal kedua tahun ini.

Menurut hasil riset Canalys, seperti dikutip dari Reuters, Huawei mencatatkan peningkatan pangsa pasar menjadi 38 persen. Persentase ini naik 10 poin dibandingkan dengan posisi pada kuartal yang sama tahun lalu.

Huawei, yang dimasukkan ke dalam daftar hitam perdagangan oleh Amerika Serikat sejak pertengahan Mei lalu, mengirim 37,3 juta ponsel pintarnya di seluruh China pada kuartal kedua. Menurut Canalys, jumlah ini naik 31 persen secara year-on-year.

Penjualan di China tercatat 64 persen dari total pengiriman ponsel pintar Huawei pada kuartal tersebut.

Di sisi lai, penjualan smartphone di China sendiri menurun 6 persen pada periode April – Juni 2019, yakni menjadi 97,6 juta unit. Ini menjadi penurunan ke-9 untuk penjualan ponsel pintar China.

Oppo, Vivo, Xiaomi Corp, dan Apple Inc. adalah empat vendor teratas di belakang Huawei, keempatnya mengalami penurunan penjualan dan pangsa pasar.

Analis Canalys Mo Jia mengungkapkan, masuknya Huawei ke daftar hitam AS pada Mei lalu memang menyebabkan kegoyahan pasarnya di luar negeri. Namun, hal itu sekaligus membuat Huawei lebih fokus menggarap pasar dalam negeri.

Menurutnya, Huawei melakukan investasi dalam ekspansi luring (offline) yang agresif guna memikat konsumen dari saingan domestik dengan melakukan promosi penjualan yang gencar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper