Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB, Sutopo Purwo Nugroho memberikan empat wasiat terkait penyampaian informasi kebencanaan bagi publik.
"Pak Topo mengajarkan saya bahwa informasi kebencanaan perlu dikemas menarik, padat, dan lengkap," kata Daryono, Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Minggu (7/7/2019).
Sutopo Purwo Nugroho meninggal Minggu (7/7/2019) di Guangzhou, China, sekitar pukul 02.00 waktu setempat karena kanker paru.
Menurut Daryono, pesan ini menginspirasinya untuk mengemas narasi informasi gempa bumi dan tsunami.
Jika dulu informasi gempa hanya disajikan dalam bentuk angka dan singkat seperti waktu gempa, magnitudo, koordinat episenter dan kedalaman gempa, maka kini publik dapat memahami secara lengkap informasi parameter gempa, penyebab gempa, dampak gempa, dan saran yang harus dilakukan masyarakat.
Kedua, kata Daryono, soal pentingnya setiap informasi untuk disebarluaskan dengan cepat.
Baca Juga
Menurut Sutopo, setiap informasi pasti bermanfaat tetapi informasi yang diberikan lebih cepat dan lengkap akan lebih bermanfaat.
Meskipun bukan wartawan tapi lembaga tempat mereka bekerja bertanggung jawab dengan informasi yang cepat.
"Kita harus bisa mengetik berita bencana dengan cepat. Jangan harus nunggu komputer menyala, tapi ketiklah berita di handphone secepatnya," ujarnya.
Daryono melakoni wasiat inspiratif itu saat sedang berjalan kaki, naik kereta api, atau di mobil. Saat sedang menyetir, dia menghentikan mobil yang dikendarai dan menepi sejenak untuk membuat penjelasan informasi gempa bumi dalam bentuk narasi.
Ketiga, Sutopo menekankan penyebarluasan informasi kebencanaan tanpa mengenal waktu. Alasannya bencana terjadi tanpa mengenal waktu, apakah pagi, siang, maupun malam hari. Implementasinya, Daryono menyiagakan handphone selama 24 jam dan tak pernah jauh dari tangan dan selalu siaga menyiapkan press release dalam bentuk narasi untuk feeding berita yang selanjutnya disebarluaskan oleh Humas BMKG.
"Saat ini bukan masanya lagi wartawan mencari kita, minta-minta informasi dari kita, tetapi kitalah yang harus sigap menyiapkan berita dan memberikan feeding berita untuk media," ujarnya.
Keempat, science communication untuk kebencanaan. Perlunya ilmu untuk menterjemahkan sains atau komunikasi sains dalam pendidikan publik, sehingga informasi kebencanaan dapat dipahami oleh masyarakat dengan baik tanpa ada salah paham yang berujung kecemasan dan keresahan masyarakat.
"Gaya kerja Pak Topo memang selalu menginspirasi dan memancarkan aura positif bagi mereka yang mencintai kerja keras, ketekunan, tanpa pamrih, untuk kemanusiaan," kata Daryono.
Tidak salah jika Sutopo menerima sederet penghargaan seperti, Communicator of the Year 2018, The First Responders dari media The Straits Times, Tokoh Komunikasi Kemanusiaan dari Kominfo, Tokoh Teladan Anti-Hoaks Indonesia, IAGI Awards, Outstanding Spokesperson of the Year 2018, Anugerah Perhumas 2018, Human Initiative Award 2018, Humas Terbaik Elshinta Award 2011, 2012, dan 2013.
Sutopo memang pantas menerima penghargaan ini lantaran dedikasi yang ia berikan dalam menginformasikan segala hal terkait bencana yang terjadi di Indonesia dengan sigap dan segera.