Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan konsultan Oxford Economics menyatakan bahwa pada 2030 mendatang, sebanyak 20 juta pekerjaan manufaktur yang saat ini dilakukan oleh manusia akan diambil alih robot.
Dilansir dari The Guardian, Rabu (26/6/2019) sekitar 1,7 juta pekerjaan manufaktur telah hilang digantikan robot sejak 2000 lalu. Jumlah tersebut termasuk di beberapa wilayah, yakni 400.000 di wilayah Eropa, 260.000 di Amerika Serikat, dan 550.000 di China.
“Revolusi robotika semakin cepat, seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin cepat. Hasilnya akan mengubah apa yang dapat dilakukan robot selama beberapa dekade mendatang dan kemampuan mereka mengambil alih tugas yang dilakukan manusia sekarang,” kata James Lambert, Direktur Konsultasi Ekonomi Asia di Oxford Economics.
Lambert menambahkan laju robot yang menggantikan pekerjaan manusia terus meningkat dari tahun ke tahun dengan kecepatan yang tinggi. Diperkirakan pada 2030 mendatang angkanya meningkat hingga 10 kali lipat mencapai 20 juta pekerjaan manufaktur.
Para penulis juga mengamati bahwa pusat stok robot dunia akan bergeser ke produsen dari negara-negara Asia, seperti China, Korea Selatan, dan Taiwan. Beberapa negara lainnya adalah Brasil, India, dan Polandia.
Sementara itu, berdasarkan studi lainnya yang dilakukan lembaga riset YouGov, sebanyak 80 persen responden mengatakan bahwa peluncuran teknologi anyar memiliki dampak pada peran mereka selama 5 tahun terakhir.
Namun begitu, kendati ada kekhawatiran atas meningkatnya penggunaan robot di bidang ketenagakerjaan, banyak juga pihak yang meyakini perubahan tersebut akan membawa dampak positif, termasuk pada tenaga kerja itu sendiri.
World Economic Forum pada tahun lalu memperkirakan 133 juta pekerjaan global akan diciptakan dengan bantuan kemajuan teknologi selama dekade berikutnya. Jumlahnya masih lebih tinggi dibandingkan perkiraan 75 juta pekerjaan yang akan hilang.