Bisnis.com, JAKARTA - China menuduh Amerika Serikat menyimpan "harapan yang terlalu berlebihan" dalam kesepakatan perdagangan setelah pemboikotan AS terhadap perusahaan raksasa China, Huawei, mulai memukul sektor teknologi global.
Ketegangan hubungan perdagangan kedua negara juga meningkat setelah militer AS mengatakan salah satu kapal perangnya berlayar di dekat Scarborough Shoal yang diklaim China di Laut Cina Selatan pada Minggu (19/5/2019) waktu setempat.
Tindakan AS yang disebutnya sebagai "kebebasan operasi navigasi" membuat Beijing marah.
Perusahaan Google, Alphabet Inc juga telah menghentikan sementara bisnisnya dengan Huawei Technologies Co Ltd yang sebelumnya diincar oleh AS untuk dimasukkan ke dalam daftar hitam.
Saham produsen chip Eropa, Infineon Technologies, AMS dan STMicroelectronics turun tajam kemarin di tengah kekhawatiran pemasok Huawei dapat menunda pengiriman ke perusahaan China tersebut karena masuk daftar hitam AS.
Dalam sebuah wawancara dengan Fox News Channel yang direkam pada Minggu, Trump mengatakan Amerika Serikat dan China “memiliki kesepakatan yang sangat kuat. Akan tetapi China telah mengubahnya. Menurutnya, hal itu tidak masalah dan AS memilih untuk mengenakan tarif impor yang tinggi atas produk China.
Baca Juga
Sementara itu, di Beijing juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lu Kang mengatakan tidak mengerti apa yang dibicarakan Trump.
“Kami tidak tahu apa kesepakatan yang dibicarakan Amerika Serikat. Mungkin Amerika Serikat memiliki perjanjian yang selama ini mereka harapkan, tetapi itu jelas bukan kesepakatan yang disepakati China, ”katanya dalam jumpa pers harian seperti dikutip Reuters, Selasa (21/5/2019).
Penyebab tidak tercapainya putaran terakhir pembicaraan China-AS adalah karena Amerika Serikat berusaha "untuk mencapai kepentingan yang tidak masuk akal melalui tekanan ekstrem", kata Lu.
"Sejak awal hal ini memang tidak akan berhasil," ujarnya.
Dia menambahkan bahwa China memasuki putaran terakhir perundingan dengan sikap tulus dan konstruktif.
“Saya ingin menegaskan sekali lagi bahwa konsultasi ekonomi dan perdagangan di antara kedua negara hanya dapat mengikuti jalur yang benar yaitu saling menghormati, kesetaraan, dan saling menguntungkan agar ada harapan untuk berhasil,” ujarnya.
Trump sebelumnya mengambil langkah ekstrem itu setelah Amerika Serikat mengatakan China ingkar dari komitmen dalam rancangan kesepakatan yang telah sebagian besar disepakati.