Bisnis.com, JAKARTA - Belanja konsumer di Inggris menurun pada Maret di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap skenario Brexit yang tak kunjung mencapai kejelasan dan libur paskah yang datang terlambat.
Konsorsium Ritel Inggris (BRC) dan perusahaan audit KPMG melaporkan total penjualan ritel turun 0,5 persen secara tahunan jika dibandingkan 2,3 persen pada periode yang sama tahun lalu saat libur Paskah jatuh pada bulan Maret.
BRC mengatakan penjualan pakaian mencapai angka tertinggi karena pergantian musim namun konsumer terlihat menahan belanja dalam jumlah besar seperti untuk keperluan furnitur.
CEO Konsorsium Ritel Inggris Helen Dickinson mengatakan, angka pada Maret menutup akhir yang mengecewakan untuk kuartal pertama tahun ini bagi para penjual ritel.
"Tidak adanya kejelasan terkait Brexit membuat konsumen enggan untuk belanja banyak. Para penjual tentu menginginkan kondisi ini segera berakhir, ketidakjelasan Brexit yang jelas tidak baik bagi bisnis," kata Dickinson, seperti dikutip melalui Bloomberg, Selasa (9/4/2019).
Secara terpisah, laporan dari Barclaycard menunjukkan angka yang lebih positif, di mana belanja masyarakat justru tumbuh 3,4% secara tahunan berkat penjualan barang non-esensial yang sempat tertekan pada Maret tahun lalu.
Barclaycard mengatakan pengeluaran di pub, restoran, dan pusat-pusat perbelanjaan menunjukkan kenaikan besar secara tahunan, sebagian besar berkat perubahan musim yang menjadikan cuaca menjadi lebih hangat sehingga orang lebih sering keluar rumah.
Namun Brexit terus menjadi kekhawatiran, dengan 69% dari 2.000 konsumen Barclaycard yang disurvei kurang percaya diri tentang prospek ekonomi, tertinggi sejak survei dimulai pada 2014.
“Sentimen yang mendasari penjualan pada Maret cukup prudent. Ketidakpastian Brexit meningkatkan kekhawatiran konsumen terhaddap dampak pada harga dan ketersediaan pangan," kata direktur Barclaycard Esme Harwood.
Dickinson menambahkan, di samping penjualan perhiasan, produk kecantikan dan pakaian yang meningkat bersamaan dengan momentum hari Ibu di Inggris pada 31 Maret.
"Sebagian besar konsumen sangat berhati-hati untuk tidak mengeluarkan uang terlalu banyak [di tengah ketidakpastian Brexit," ujar Dickinson.
Pengeluaran konsumen sampai sekarang menjadi indikator yang relatif bagi ekonomi Inggris pada saat investasi bisnis terus terpuruk karena ketidakpastian tentang kapan dan bagaimana Inggris akan meninggalkan Uni Eropa.
Inggris pada awalnya dijadwalkan akan meninggalkan Uni Eropa pada 29 Maret, namun dengan tingginya risiko no-deal Brexit serta kesepakatan Brexit yang sudah dua kali ditolak oleh parlemen Inggris, telah menunda proses pengunduran diri hingga sampai dengan 12 April.
Perdana Menteri Theresa May memiliki waktu sampai dengan Jumat (12/4) untuk mencapai kesepakatan baru dengan parlemen atau proses Brexit akan ditunda lebih lama lagi atau bahkan tidak terjadi sama sekali.