Bisnis.com, BANDUNG — Pengidap Tuberculosis (TBC) di Kota Bandung terus meningkat setiap tahunnya. Pada 2018 lalu, jumlah pengidap TBC di Kota Bandung mencapi 10.033, jumlah tersebut meningkat dibanding tahun 2017 yang mencapai 9.623 kasus.
Untuk menekan kasus TBC, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung Rita Verita mengajak seluruh masyarakat untuk lebih menyadari bahaya TBC bagi tubuh.
Rita menyebut TBC menjadi penyakit paling mematikan ketiga di dunia. Penyebab penyakit ini adalah bakteri yang menyerang paru-paru dan menyebar lewat udara.
“Kita mengajak kepada masyarakat untuk peduli terhadap penyakit TBC. Karena penyakit ini masih yang menyebabkan kematian terbanyak ketiga di dunia,” ujar Rita, Senin (8/4/2019).
Bentuk kepedulian itu, lanjut Rita, yaiti dengan konsep TOSS TBC, atau Temukan, Obati Sampai Sembuh TBC. Warga yang menemukan ada kasus TBC diimbau untuk segera diobati ke fasilitas kesehatan terdekat.
“Saya mohonkan kepada masyarakat bila menemukan pasien yang batuknya lebih dari tiga minggu tidak sembuh-sembuh, segera bawa ke Puskesmas untuk diperiksakan sehingga kiranya dapat dengan cepat diketahui. Kita bisa menekan angka penularan dan angka kesakitan TBC di Kota Bandung,” katanya.
Hal senada juga diungkapkan Ketua Yayasan Terus Berjuang, Dewi Wulan yang juga seorang penyintas TBC. Menurutnya, hal yang paling penting dalam pengobatan TBC adalah disiplin. Peran orang terdekat untuk terus mendampingi selama pengobatan juga amat penting.
Dewi menyatakan, TBC dapat disembuhkan asalkan pasien disiplin dalam berobat, yakni harus tepat waktu dan tepat dosis. Hal tersebut penting untuk menekan perkembangan bakteri di dalam tubuh.
“Insya Allah kalau TBC itu asalkan minum obatnya teratur, tepat waktu, dan disiplin, kita bisa sembuh. Buktinya saya,” tuturnya.
Ia pun bersama Yayasan Terus Berjuang senantiasa memberikan edukasi dan pendampingan kepada para pasien TBC yang masih berjuang untuk sembuh. Apalagi, penderita TBC yang resisten terhadap obat terbilang cukup banyak.
“Memang butuh perjuangan dan tidak mudah,” akunya.
Ia pun meminta kepada masyarakat agar mendampingi pasien TBC selama pengobatan. Jangan memberikan stigma kepada penderita TBC sehingga ia dijauhi oleh lingkungannya.
“Untuk masyarakat, jangan jauhi penderita TBC tapi kita dekati dan bantu pengobatannya,” pesannya.