Bisnis.com, JAKARTA -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump meminta China untuk mengakhiri penetapan tarifnya terhadap produk agrikultur Amerika, yang menekan pasar hasil pertanian. Namun sebaliknya, para pedagang bersikap skeptis.
Melalui akun twitternya, Trump menyampaikan bahwa dirinya telah meminta China untuk menghapus semua tarif pada produk agrikultur AS termasuk hasil ternak daging sapi dan babi.
Namun, para pebisnis hasil pertanian mengatakan mereka ingin melihat konfirmasi melalui realisasi komitmen penambahan pembelian serta kesepakatan dagang baru sebelum terlalu bersemangat atas wacana tersebut.
"Pasar sudah lelah dengan pasang surut pada perkembangan perundingan dagang," ujar Direktur Agribisnis di Archer Financial Services, Chicago, Greg Grow, seperti dikutip melalui Bloomberg, Sabtu (2/3)
Grow mengatakan bahwa pasar membutuhkan konfirmasi dan kepastian terkait kesepakatan yang dilakukan. Jika pernyataan pemerintah mengatakan ada kesepakatan yang akan ditandatangani tentu pasar akan merespon positif terhadap harga.
"Tetapi kita perlu konfirmasi terhadap kabar tersebut. Kita juga menunggu kesepakatan dagang baru ditandatangani," ujar Grow melalui sambungan telepon.
Pengumuman ini datang menyusul hasil pertanian yang mengecewakan sepanjang pekan lalu.
Sejumlah pebisnis hasil pertanian yang memiliki informasi mengatakan, lewat dari tenggat waktu 'gencatan senjata' perang tarif antara AS-China yang seharusnya berakhir pada 1 Maret, belum ada kesepakatan jual beli dengan Beijing.
Padahal pada Jumat (22/2), Menteri Pertanian AS Sonny Perdue mengatakan akan ada lebih banyak pesanan kedelai dari China dalam waktu dekat.
"Jika China pada akhirnya menghapus tarif, ini tentu akan memberikan manfaat bagi industri agrikultur dan memberikan angin segar bagi pasar," tambah Grow.
Alan Brugler, Direktur Pemasaran dan Manajemen Brugler di Nebraska, mengatakan harus ada sejumlah hal yang dikorbankan oleh AS pada proses negosiasi jika pada akhirnya China setuju untuk menghapus tarif.
Petani Amerika, yang membantu mendorong pemenangan Donald Trump, telah menjadi korban akibat sejumlah kebijakan pemerintah.
Pasca penurunan harga hasil panen selama perang dagang berlangsung, presiden mengucurkan dana bantuan untuk membantu meringankan pukulan terhadap bisnis industri agrikultur.
Meski demikian, hingga saat ini permintaan ekspor kedelai dan produk pertanian lainnya tetap lemah.