Bisnis.com, JAKARTA – Popularitas aplikasi Bukalapak di Play Store berangsur pulih, setelah Bos Bukalapak Achmad Zaky berkunjung ke Presiden Joko Widodo hari ini, Sabtu (16/2/2019).
Berdasarkan pantauan Bisnis di laman Play Store https://play.google.com, Sabtu (16/2/2019) pukul 22.00 WIB aplikasi buka lapak meraih rating 4,2 dengan total pen-download 1.022.598.
Ini sebuah kenaikan yang signifikan dibandingkan dengan rating Jumat (15/6/2019).
Jumat siang (15/2/2019) pukul 11.38 WIB berdasarkan pantuan Solopos.com, rating Bukalapak di Play Store turun dari 4,5 menjadi 4,1 dengan jumlah pen-download 967.232.
Dengan kata lain, tambahan pen-download sebanyak 5,7 persen dalam kurun waktu lebih dari 24 jam dan itu jelas mendongkrak rating Bukalapak. Sepertinya ini juga berkaitan dengan gebrakan Bos Bukalapak dengan mengunjungi Jokowi.
Hari ini, Sabtu (16/2/2019), pendiri dan CEO perusahaan marketplace terkemuka Indonesia, Bukalapak, Achmad Zaky datang ke Istana Merdeka, Jakarta menemui Presiden Joko Widodo.
Dalam kesempatan itu, Zaky meminta maaf secara pribadi kepada Jokowi karena cuitannya yang mengundang kontroversi di media sosial. Seusai bertemu Zaky, Jokowi tidak mengekspresikan kemarahan.
Apakah Jokowi marah terhadap anak muda yang memiliki karir cemerlang di dunia bisnis tersebut? "Tadi sudah bertemu dan saya tidak ada perasaan apa-apa terhadap mas Zaky," kata Kepala Negara.
Untuk menunjukkan bahwa dirinya "tidak ada perasaan apa-apa", Jokowi mengatakan dirinya "setiap hari ketemu" dengan Zaky.
Jokowi mengatakan kita harus bersikap bijak dan matang dalam bertindak. Jokowi mengatakan kita harus mendukung dan mendorong perusahaan seperti Bukalapak, juga Gojek, Traveloka dan Tokopedia.
Empat perusahaan asal Indonesia itu dikenal sebagai unicorn atau perusahaan rintisan yang memiliki valuasi lebih dari US$1 miliar.
Sebagai gambaran, pada Kamis (14/2), Zaky bercerita tentang dana riset dan pengembangan (Research and Development/R&D) di Indonesia yang dianggapnya masih ketinggalan dibandingkan negara lain. Melalui akun @achmadzaky di Twitter, dia menyatakan industri 4.0 adalah omong kosong apabila anggaran R&D di Indonesia hanya sekitar US$2 miliar pada 2016 atau lebih kecil dibandingkan dengan negara lain.
Amerika Serikat misalnya, disebut mempunyai anggaran sebesar US$511 miliar. Sementara itu, China menyiapkan anggaran senilai US$451 miliar, Jepang US$165 miliar, sampai negara tetangga, Singapura US$10 miliar.
"Mudah2an presiden baru bisa naikin," tulis pengusaha muda tersebut di akun Twitter-nya yang memiliki lebih dari 20.000 pengikut.
Cuitan alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) itu kemudian ditanggapi oleh para pengguna akun Twitter lainnya. Pengguna akun media sosial atau yang dikenal sebagai warganet itu tidak mempersoalkan cuitannya mengenai dana R&D, melainkan tentang harapan soal "Presiden Baru".
Sontak, tulisan Zaky itu direspons negatif oleh para warganet. Tulisan soal "Presiden Baru" itu diartikan bahwa Zaky tidak mendukung Joko Widodo, Presiden Indonesia saat ini yang kembali mencalonkan diri sebagai Presiden periode 2019-2024 dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 menghadapi rival lama, Prabowo Subianto.
Sebaliknya, dalam berbagai kesempatan, Jokowi menunjukkan dukungan terhadap Bukalapak sebagai salah satu unicorn. Pada Januari 2019, Jokowi juga menghadiri acara ulang tahun Bukalapak di Jakarta.
Sebagai konsekuensinya, warganet mendorong para pengguna aplikasi Bukalapak untuk menghapus (uninstall) aplikasi e-commerce itu di telepon genggam masing-masing. Mereka menyematkan tagar #UninstallBukalapak sebagai bentuk respons negatif terhadap pernyataan Zaky.
Tagar itu sempat menjadi salah satu yang terpopuler di Twitter Indonesia hingga Jumat (15/2), dengan jumlah cuitan lebih dari 56.700. Pada Sabtu (16/2/2019), Jokowi kemudian menyerukan supaya pengguna aplikasi Bukalapak menghentikan aksi menghapus aplikasi tersebut.