Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Rusia resmi mengumumkan bahwa pihaknya menangguhkan partisipasi dalam Perjanjian Nuklir Jangka Menengah.
Langkah ini diambil Moskow setelah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo menyatakan pada Jumat (1/2/2019) bahwa AS menangguhkan kewajiban dalam perjanjian yang dibuat untuk mengakhiri Perang Dingin itu.
"Amerika Serikat telah mendeklarasikan penangguhan partisipasi dalam perjanjian ini, maka kami melakukan langkah serupa," kata Presiden Rusia Vladimir Putin pada Sabtu (2/2/2019).
Melansir Reuters, AS mengumumkan bahwa mereka akan menarik diri dari perjanjian INF dengan Rusia dalam enam bulan ke depan, kecuali Moskow bersedia mengakhiri apa yang mereka sebut sebagai pelanggaran terhadap Pakta Kontrol Senjata 1987 dalam waktu 180 hari.
Sejak 2014 Washington telah melayangkan tudingan bahwa Rusia tidak mematuhi aturan dalam perjanjian tersebut. AS berargumen bahwa Rusia telah membahayakan perjanjian INF selama bertahun-tahun dengan mengerahkan rudal-rudal yang diluncurkan dari darat yang berada dalam jangkauan terlarang yaitu 500 kilometer hingga 5.500 kilometer.
Rusia membantah telah melanggar perjanjian INF, menuduh AS melakukan pelanggaran, dan mengatakan penarikan dari perjanjian Perang Dingin akan memicu perlombaan senjata.
Melalui pengumumannya, Putin juga memerintahkan jajaran pejabat pemerintahan untuk tidak menggagas perundingan pelucutan senjata dengan Washington. Ia menuding AS bergerak lambat dalam proses perundingan.
"Selama beberapa tahun, kami berulang kali terus mempertanyakan perundingan substantif terkait permasalahan perlucutan senjata, dalam semua aspek. Kami melihat bahwa dalam beberapa tahun terakhir pihak AS belum mendukung inisiatif ini," imbuh Putin.
Penangguhan Perjanjian INF atau Intermediate-Range Nuclear Forces treaty menjadi titik terendah dalam hubungan Rusia dengan AS dan Barat secara keseluruhan menyusul sejumlah permasalahan yang menjadi sumber perdebatan, mulai dari isu Krimea, tuduhan intervensi dalam Pemilihan Presiden AS, serta tuduhan Barat yang menuding Rusia adalah dalang di balik serangan racun saraf di Inggris.