Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Uni Eropa Khawatirkan Kekalahan Telak Theresa May di Parlemen Inggris

Lebih dari 100 anggota Partai Konservatif pimpinan May membelot dan justru mendukung suara oposisi yang secara nyata menolak kesepakatan Brexit. Dengan melakukan hal itu, mereka menghasilkan rekor baru yang sebelumnya terjadi pada 1924 ketika selisih suara dukungan dan penolakan mencapai 166 suara.
Jajaran staf memberikan tepuk tangan saat Perdana Menteri baru Inggris Theresa May, dan suaminya Philip, memasuki Downing Street 10 setelah May menghadap Ratu Elizabet di Istana Buckingham, London (13/7/2016)./Reuters-Stefan Rousseau
Jajaran staf memberikan tepuk tangan saat Perdana Menteri baru Inggris Theresa May, dan suaminya Philip, memasuki Downing Street 10 setelah May menghadap Ratu Elizabet di Istana Buckingham, London (13/7/2016)./Reuters-Stefan Rousseau

Bisnis.com, JAKARTA – Uni Eropa menyatakan kekhawatirannya terhadap skala kekalahan Parlemen Inggris atas kesepakatan Brexit Perdana Menteri Theresa May, namun mengatakan tidak ada pilihan untuk melakukan negosiasi ulang.

Dilansir dari Bloomberg, para diplomat mengatakan mereka terkejut dengan besarnya kekalahan tersebut. Ketika mereka mencoba untuk merencanakan respons Uni Eropa, mereka mengatakan masih ada yang bisa mereka lakukan untuk membantu May.

Dengan kekalahan Theresa May di Parlemen, kekhawatiran bahwa Inggris akan keluar tanpa kesepakatan pada Maret, kini telah menjadi prospek yang nyata.

Dalam pemungutan suara pada Selasa (15/1) waktu setempat, 432 anggota parlemen menolak kesepakatan Brexit dan hanya 202 yang mendukung. Dengan margin 230 suara, hasil ini menjadi kekalahan terbesar dalam sejarah voting pemerintahan modern Inggris.

Lebih dari 100 anggota Partai Konservatif pimpinan May membelot dan justru mendukung suara oposisi yang secara nyata menolak kesepakatan Brexit. Dengan melakukan hal itu, mereka menghasilkan rekor baru yang sebelumnya terjadi pada 1924 ketika selisih suara dukungan dan penolakan mencapai 166 suara.

Kekalahan yang mendera May adalah pukulan yang besar bagi pemerintahannya setelah dua tahun bernegosiasi dengan UE. Misi yang diusung May sejak awal adalah menghindari pengunduran diri dari Uni Eropa tanpa kesepakatan, sekaligus menyepakati 21 bulan masa transisi.

Meskipun hanya tersisa waktu 10 pekan sebelum Inggris keluar dari UE, para pejabat di Brussels mengesampingkan prospek KTT luar biasa 27 pemimpin Uni Eropa dalam waktu dekat. Mereka mengatakan tidak banyak yang bisa dibicarakan jika anggota parlemen di Inggris tidak dapat memutuskan apa yang mereka inginkan.

Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker mengatakan kepada Inggris bahwa waktu hampir habis. Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron juga mengingatkan May bahwa Uni Eropa tidak akan menawarkan konsesi untuk menyelesaikan masalah politik internal Inggris.

"Saya akan sangat waspada akan hal itu. Kami lakukan sebanyak yang kami bisa," kata Macron kepada wartawan, seperti dikutip Bloomberg.

Sebelumnya, para pejabat UE mengatakan bahwa kekalahan kesepakatan Brexit yang jauh lebih kecil dari sekitar 60 suara akan memberi mereka kesempatan untuk melakukan sesuatu yang dapat memperbaiki kesepakatan.

Hasil Buruk Yang Tak Terbayangkan

Namun kekalahan sekitar 230 suara bahkan lebih besar daripada yang ditakuti banyak orang, menyebabkan kebingungan terhadap apa yang harus dilakukan untuk yang terbaik.

UE akan memulai kembali pembicaraan dengan May tetapi akan menolak untuk kembali pada apa yang telah disepakati.

Beberapa pihak Uni Eropa hampir tidak bisa menyembunyikan kemarahan mereka bahwa May tidak dapat membujuk anggota parlemen untuk menyetujui kesepakatan Brexit tersebut setelah lebih dari 18 bulan negosiasi dengan Brussels.

"EU-27 akan tetap bersatu dan bertanggung jawab karena kami telah menjalani seluruh proses dan akan berupaya mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh Brexit," ungkap Preben Aamann, juru bicara Presiden Uni Eropa Donald Tusk.

"Kami akan melanjutkan persiapan kami untuk semua hasil, termasuk skenario tanpa kesepakatan."

Perdana Menteri Belgia Charles Michel menyerahkan seluruh konsekuensi kepada Inggris atas pilihan mereka, sedangkan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte sedikit lebih optimis dengan mengatakan bahwa UE dan Inggris masih belum berada dalam situasi tanpa kesepakatan.

Seluruh pemimpin 27 negara Uni Eropa sepakat bahwa pemerintah Inggris harus memutuskan langkah selanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper