Bisnis.com, JAKARTA – Kapal Riset (KR) Baruna Jaya III milik BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) berhasil memasang BUOY Detektor Tsunami Generasi 1 dan 2 di sekitar Gunung Anak Krakatau.
Keterangan resmi BPPT yang dipostingn akun twitter @Barunajaya_BPPT menyebutkan proses pemasangan BOUY Tsunami tersebut dilakukan Kamis (3/1/2019) dengan jarak 100—200 meter dari garis pantai, sehingga memberikan waktu 10—15 menit bagi warga yang bermukim di pantai untuk melakukan evakuasi jika terjadi gelombang tsunami.
Peralatan ini berupa pelampung dilepaskan oleh KR Baruna Jaya 3, kemudian dirangakai manual. Selain BOUY Tsunami, KR Baruna Jaya III juga memasang Cable Based Tsunameter (CBT), yang sifatnya saling melengkapi agar, deteksi dini tsunami semakin akurat, presisi dan handal.
Berikut detik-detik pemasangan BOUY dan CBT di perairan sekitar Gunung Anak Krakatau tersebut yang diunggan @Barunajaya_BPPT.
Ini dia TeknoPren detik-detik pemasangan Tsunami BUOY Generasi 1 dan 2 kala itu. Pengen tau lebih lanjut, saksikan tayangan Rubrik Teknologi di BPPT TV melalui https://t.co/mQArbsy4XS , Jumat 03 Januari 2019 pukul 09.00 s.d 10.00 WIB.@Kemristekdikti @kemkominfo @rudiantara_id pic.twitter.com/hrin4dgZyc
— BPPT RI (@BPPT_RI) 3 Januari 2019
Melalui keterangan resmi BPPT, Deputi Teknologi Pengembangan Sumber Daya ALam (TPSA) BPPT Hammam Riza mengatakan data dari BUOY yang dipasang hingga 100-200 kilometer dari pantai, dapat mengirimkan informasi data terkini ketika ada gelombang tinggi di tengah laut yang diduga berpotensi menjadi tsunami muncul.
Hitungan awamnya, jika kecepatan gelombang tsunami antara 500-700 kilometer perjam, minimal ada waktu 10-15 menit untuk masyarakat melakukan evakuasi ke shelter terdekat.
“Sinyal dari BUOY di tengah laut itu akan semakin intens hitungan detik, mengirimkan sinyal ke pusat data early warning sistem secara real time, jika ada gelombang yang melewatinya. Semakin tinggi dan kencang gelombang, maka sinyal yang dikirim frekuensi-nya akan semakin rapat dan bisa berkali-kali dalam hitungan detik,” rincinya.
Hal ini imbuhnya, sangat penting bagi masyarakat yang bermukim di wilayah yang rentan terhadap terpaan bencana, untuk waspada bencana.
“Masyarakat di pesisir atau wilayah berpotensi tsunami harus memiliki waktu evakuasi yang cukup. Untuk itu dibutuhkan teknologi yang mampu mendeteksi dini yang handal, dalam hal ini ya BUOY disertai teknologi lain seperti kabel bawah laut, maupun pemodelan sebelumnya," kata Hammam.
Rentan Vandalisme
Detektor tsunami sudah terpasang dan teknologinya pun tidak diragukan lagi, yang menjadi masalah adalah menjaga peraltan itu dari praktik vandalism.
Posisinya di tengah laut di tempat terbuka, sehingga siapa pun dapat menjamah alat itu terutama orang-orang bertangan usil.
Sekadar informasi, alat BOUY dan CBT yang dipasang itu adalah proyek revitalisasi alat BPOUY yang rusak akibat aksi vandalism.
“Revitalisasi ini ya kita oprek lagi BUOY yang dahulu sudah rusak akibat vandalisme. Kita gunakan panel tenaga surya untuk sumber tenaga nya, serta kita upayakan semua sensornya lengkap kembali. Butuh waktu, semoga dengan adanya dana khusus bisa lebih cepat prosesnya hingga pemasangan,” urainya.
Hamman menegaskan peran publik dalam hal menjaga BUOY pun nantinya sangat penting. Memang katanya, di sekitar BUOY itu penuh dengan ikan, sehingga menarik para nelayan untuk memancing disekitarnya. Untuk itu kedepan diharap kejadian tersebut tidak terulang lagi.
“Publik harus semakin aware terhadap pentingnya teknologi untuk membangun early warning system yang handal, seperti BUOY ini. Jika BUOY sudah ada, kepada masyarakat dihimbau agar perlunya menjaga bersama, karena ini alat yang dibangun negara supaya kita tetap selamat,” ujarnya.