Mei, Konflik Dunia Tertutupi Pernikahan Pangeran Harry dan Meghan Markle
Selama bulan Mei, konflik yang ada sempat tertutup oleh mewahnya pernikahan anggota keluarga Kerajaan Inggris, Pangeran Harry dan aktris asal AS Meghan Markle.
Borosnya pernikahan jadi salah satu hal yang disorot banyak pihak. Kendati tak semewah pernikahan Pangeran Charles dan mendiang Putri Diana yang menyentuh US$110 juta (Rp1,5 triliun), total biaya pernikahan Harry-Meghan lebih mahal dibandingkan pernikahan Pangeran William-Kate Middleton yang 'hanya' sekitar US$34 juta atau sekitar Rp482 miliar.
Laporan CBS News menyebut biaya yang dihabiskan untuk pernikahan Harry-Meghan mencapai US$45 juta atau senilai Rp567 miliar. Dari angka itu, biaya terbesar ternyata bukan untuk sewa gedung, baju atau makanan, tapi pengamanan yang diperkirakan mencapai 40 juta dolar AS atau Rp567 miliar.
Sayangnya, ketika dikonfirmasi mengenai kebenaran angka fantastis biaya pengamanan itu, Departemen Dalam Negeri Inggris memilih bungkam. Mereka tak ingin membenarkan maupun menyalahkan dugaan angka yang ada dengan alasan keamanan nasional.
Foto resmi pernikahan Pangeran Harry dan Meghan Markle dirilis Kerajaan Inggris lewat Instagram. Pasangan tersebut dikelilingi anak-anak pendamping mempelai./Instagram@kensingtonroyal
Pernyataan senada diutarakan Kepolisian Thames Valley.
"Kami tidak akan memberikan data apa pun, meskipun kami tahu Anda menyukai angka-angka," kata Valley seperti dilansir BBC.
Kritik Kelompok Antimonarki
Momen pernikahan Harry-Meghan juga jadi momentum bagi para Republikan yang cenderung antimonarki. Sekitar 130 peserta menghadiri Konvensi Republik Internasional, acara puncak pertemuan empat hari Aliansi Gerakan Republik Eropa, di ibu kota Inggris, London, Sabtu (19/5/2018).
Konvensi tersebut dihadiri perwakilan dari kalangan Republikan Spanyol, Belanda, Denmark, Swedia, dan juga Inggris selaku tuan rumah. Kendati pertemuan tersebut kecil belaka dibanding jumlah massa yang bertempik sorak menyaksikan Royal Wedding, kaum antimonarki itu tak peduli dan tetap melontarkan kritik pedas.
“[Monarki] menjalankan elitisme yang sangat tidak adil. Mereka [keluarga kerajaan] tidak mewakiliku,” kata Irene Pinner, salah seorang peserta acara yang berasal dari Dorking, daerah sekitar London, sebagaimana dilansir Al Jazeera.
Namun, terlepas dari pro kontra yang ada, pernikahan Harry-Meghan juga mengirimkan pesan-pesan revolusioner.
"Salah satu dari anak-anak budak menikahi seorang raja yang pelakunya menyetujui perbudakan; singa berbaring bersama domba. Saya hanya ingin berada di sini untuk mengamati pergantian penjaga dan perubahan Kerajaan Inggris," ujar Denise Crawford, seorang stenografer istana dari Brooklyn, seperti dilansir New York Times, Minggu (20/5/2018).