Bisnis.com, JAKARTA - Kondisi di Kabupaten Donggala akibat gempa besar 7,4 SR dan tsunami pada Jumat petang pekan lalu, diperkirakan lebih parah dibandingkan dengan di Palu.
Sampat saat ini, akses menuju Kabupaten Donggala - yang berjarak sekitar 73 kilometer, ditempuh sekitar 1 jam 50 menit dari Kota Palu - dilaporkan masih terputus. Sehingga sangat sulit bagi aparat untuk menjangkau lokasi Kabupaten Donggala.
"Masih belum bisa ke sana, akses jalan ke sana terputus. Diperkirakan kondisinya lebih parah dari Palu," kata beberapa warga Palu yang dihubungi Bisnis, Senin (1/10/2018).
Sejauh ini berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 30 September 2018, korban meninggal sudah mencapai 830-an jiwa.
Korban meninggal tersebut belum termasuk dengan data korban yang berlokasi di Kabupaten Donggala. Dengan kenyataan masih banyaknya warga yang hilang, diperkirakan jumlah korban meninggal bisa melebihi 1.000-an orang.
Warga Palu masih terus melakukan upaya pencarian terhadap sanak keluarga mereka yang belum ditemukan pasca gempa besar 7,4 SR dan tsunami pada Jumat petang tersebut.
Jumlah korban meninggal, terbanyak diantaranya ditemukan di wilayah Perumnas Balaroa Kecamatan Palu Barat, Poboya Kecamatan Palu Timur, Pantai Talise Palu Timur.
"Beberapa anggota keluarga kami belum ditemukan, terus berusaha melakukan pencarian," kata Andika Maladjong, warga Kecamatan Palu Barat.
Berdasarkan kesaksian sejumlah warga, paparnya, kejadian saat itu sangat mencekam dan warga panik, berusaha mencari tempat perlindungan yang aman. Tanah bergoyang kencang, rumah-rumah bergeser. Tak lama kemudian rumah hancur berantakan, rata dengan permukaan tanah.
Salah satu keluarga Andika bernama Wahyu, saat itu berada di sekitar Pantai Talise, berhasil memboyong istri dan anaknya ke wilayah ketinggian di Kelurahan Silae Palu Barat. Setelah itu dia berbalik dan tak lama kemudian datang gelombang tsunami. Sampai kini Wahyu dan beberapa warga Palu lainnya masih belum ditemukan.