Kabar24.com, JAKARTA -- Keterbatasan kesempatan menempuh pendidikan 12 tahun untuk anak perempuan dapat merugikan negara sebesar US$15 triliun - US$30 triliun dalam hal pendapatan dan produktivitas hidup.
Memperingati Hari Malala (U.N. Malala Day) yang jatuh pada 12 Juli 2018, Bank Dunia mengeluarkan penelitian bertajuk Missed Opportunities: The High Cost of Not Educating Girls untuk mengingatkan pentingnya jenjang pendidikan bagi anak perempuan di seluruh dunia.
“Fakta bahwa memberikan investasi untuk anak perempuan bukanlah hal baru. Namun, terdapat potensi dampak negatif jika tidak melakukannya,” tulis Bank Dunia di dalam laporannya, seperti dikutip, Kamis (12/7/2018)
Adapun berdasarkan penelitian tersebut, hanya dua dari tiga anak perempuan di negara berpendapatan rendah yang dapat menyelesaikan pendidikan dasar. Sementara itu, hanya satu dari tiga anak perempuan yang dapat menikmati pendidikan menengah pertama hingga selesa.
Padahal, rata-rata perempuan yang berhasil menyelesaikan pendidikan menengah lebih dapat bekerja dan mendapatkan penghasilan dua kali lipat lebih besar daripada mereka yang tidak berpendidikan.
Selain mendapatkan penghasilan yang diharapkan bagi pekerja perempuan, tingginya pendidikan juga akan meningkatkan partisipasi perempuan di dalam pasar pekerja.
Pasalnya, perempuan yang berpendidikan memiliki kesempatan untuk memilih pekerjaan yang diinginkannya, baik kerja tetap maupun paruh waktu.
“Ketika perempuan menyelesaikan pendidikan lanjutan, mereka 9,6% akan memilih untuk bekerja daripada mereka yang hanya lulus pendidikan dasar atau kurang,” tulis Bank Dunia.
Adapun seiring dengan banyaknya perempuan berpendidikan tinggi dan masuk ke dalam pasar pekerja, hasilnya dapat menaikkan jumlah pekerja tetap, pekerja paruh waktu, atau tidak diterima bekerja (bukan pengangguran).
Sementara itu, dalam hal jenis pekerjaan, kenaikan terbesar untuk marjin perempuan berpendidikan adalah di dalam lapangan pekerjaan tetap. Adapun teorinya, semakin banyak pekerja maka tingkat upah pun akan semakin mengetat.
Oleh karena itu, perempuan yang berpartisipasi di dalam pasar pekerja dan mendapatkan penghasilan juga akan berperan di dalam pengentasan kemiskinan di masa depan.
Pasalnya, kemiskinan selalu dihubungkan dengan pendapatan rumah tangga dan konsumsi per kapita (atau per ekuivalen orang dewasa) dengan garis kemiskinan atau garis kebutuhan dasar rumah tangga.
“Dampak positif lainnya adalah manfaat sosial dan ekonomi bagi anak perempuan itu sendiri, bagi anak-anak mereka, dan bagi komunitas mereka,” tulis Bank Dunia.