Bisnis.com, JAKARTA – Kegelisahan pasar keuangan datang di saat bank sentral siap untuk menutup pintu stimulus moneter. Beberapa ketegangan geopolitik diperkirakan dapat menjadi pertimbangan bagi para pembuat kebijakan untuk mengambil langkah.
Bagi bank sentral Eropa (ECB), ancaman terbaru datang dari kekacauan politik di Italia. Hal itu mengingatkan kembali kenangan krisis utang yang mengancam dapat memecah-belahkan Zona Euro. Sementara itu, arah kebijakan bank sentral Inggris (BoE) juga semakin dirumitkan oleh Brexit. Di negara-negara emerging market lainnya, bank sentral masih berupaya menghadapi kuatnya dolar AS.
Bank sentral China (PBoC) pun baru-baru ini melonggarkan kondisi likuiditas untuk perbankan, sementara Bank Indonesia diperkirakan untuk menaikkan suku bunga di dalam rapat kebijakan luar biasa pada Rabu (30/5/2018).
Di seberang Pasifik, Federal Reserve sedikit berlebihan. Pasalnya, bank sentral AS tersebut sudah lebih baik di dalam rencana normalisasi suku bunga di AS dan investor menduga ada kenaikan pada rapat FOMC Juni nanti. Namun, setelahnya, guncangan pasar dari Italia diperkirakan dapat membawa awan hitam ke dalam outlook kenaikan suku bunga The Fed.
Adapun masalah yang dapat memberikan efek beruntun bagi para pembuat kebijakan di seluruh dunia adalah ketidakpastian atas prospek yang akan dibawa Italia selama beberapa bulan ke depan menjelang Pemilu Baru, secepatnya pada September 2018.
Pemilu yang akan dilihat sebagai referendum tersebut akan memberikan efek lanjutan terhadap rencana The Fed untuk menaikkan suku bunga pada semester kedua tahun ini.
Baca Juga
Direktur perusahaan riset kebijakan Medley Global Advisors, Paul Richards menyebut September akan menjadi tanda tanya bagi The Fed. “Dengan risiko geopolitik semacam ini, mereka [The Fed pada September] dan ECB pada Oktober, harus membuat keputusan, tepat saat Pemilu Italia. Risiko geopolitik ini benar-benar akan membawa September menjadi tanda tanya,” ujarnya, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (30/5/2018).
Adapun untuk saat ini, seluruh pandangan mengarah ke ECB. Pasalnya, tensi politik di Italia semakin memburuk dan partai populis mulai memobilisasi kampanye Pemilu Baru. Hal tersebut membuat obligasi Italia bertenor 2 tahun melambung ke level tertingginya sejak 2012.
Adapun nilai euro jatuh 0,7% pada Selasa, turun 1 poin ke level terendahnya dalam 10 bulan. Indeks saham Stoxx Europe 600 tergerus 1,4% dengan benchmark indeks saham Italia turun hampir 3%. Sementara di AS, indeks S&P 500 jatuh tiga kali berturut-turut sepanjang hari perdagangan, melemah 1,2%
Padahal, baru 8 pekan lalu ketika Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde mengumumkan di hadapan audien di Berlin, bahwa pemulihan Zona Euro “akhirnya menjadi lebih meningkat dan merata.” (Bloomberg/Dwi Nicken Tari)