Kabar24.com, JAKARTA – Perekonomian Eropa tampak melemah dibandingkan laju ekspansi global setelah perlambatan di kuartal pertama tahun ini.
Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menyampaikan pada Senin (14/5/2018), indikator komposit utama Eropa memperlihatkan “sinyal momentum perlambatan pertumbuhan” di Zona Euro secara keseluruhan dan di tiga negara ekonomi terbesar (Jerman, Prancis, dan Italia).
Sebagai perbandingannya, 35 negara anggota OECD dan Amerika Serikat memperlihatkan pertumbuhan stabil dan indeks poin China memberikan sinyal tentatif dari laju perolehan ekonominya.
Adapun, perkiraan ini muncul di tengah perdebatan apakah perlambatan Eropa pada awal tahun ini hanya sementara dan disebabkan oleh salju dan gangguan badai atau akankah perlambatan ini bertahan lama.
Data produk domestik bruto (PDB) Jerman untuk kuartal I/2018 akan dirilis pada Selasa (15/5/2018) bersamaan dengan perkiraan kedua untuk Zona Euro secara keseluruhan.
Sementara itu, pejabat Bank Sentral Eropa (ECB) belum lagi memperlihatkan kekhawatiran terkait outlook ekonomi Benua Biru. Gubernur Bank of France Francois Villeroy de Galhau menyatakan, sementara ekspansi tidak secepat laju terbaik selama sedekade pada 2017, “namun masih sangat solid dengan pertumbuhan berbasis luas.”
Dia melanjutkan, otoritas keuangan Eropa itu akan menaikkan suku bunga pertamanya setidaknya dalam beberapa kuartal lagi, bukan dalam hitungan tahun, setelah para pembuat kebijakan menghentikan program pembelian obligasi.
Di dalam wawancara di Paris, para pejabat bank sentral Prancis meredakan kekhawatiran terkait perlambatan Zona Euro pada kuartal I/2018. Mereka memberikan sinyal bahwa ECB masih dapat menghentikan pelonggaran kuantitatifnya tahun ini.
Villeroy menambahkan, inflasi akan kembali melaju dalam beberapa bulan ke depan, dengan tekanan harga diperkirakan menguat karena masa pelemahan di Zona Euro telah berlalu.
“Kami mungkin memberikan panduan tambahan untuk akhir tahun mengenai waktu kenaikan suku bunga dan kemungkinannya,” kata Villeroy, seperti dikutip Bloomberg, Senin (14/5/2018).
Dia menambahkan, ECB akan melihat dengan cermat cara mereka memformulasikannya. Selain itu, dia menekankan bahwa ECB sangat mudah diprediksi dan sangat jelas dalam arah normalisasi kebijakan secara gradual.
Adapun para pembuat kebijakan belum secara formal berdiskusi mengenai masa depan program pelonggara kuantitatif. Pembelian obligasi masih dijadwalkan tetap berjalan setidaknya hingga akhir September dengan jumlah lebih dari 2,5 triliun euro (US$3 triliun).
Sementara itu, pejabat ECB memperkirakan, tingkat suku bunga akan tetap di level rekor terendahnya hingga melewati akhir pembelian aset. Adapun utang jatuh tempo juga akan dibeli lagi.
Kemajuan yang lambat menuju akhir stimulus longgar ini sebagian besar memperlihatkan pertumbuhan harga konsumen yang teredam, fenomena yang banyak dialami oleh negara industri.
Gubernur Bank Sentral Cleveland Loretta Mester menambahkan, saat ini pun masih terlalu dini untuk mendeklarasikan bahwa The Fed berhasil mencapai target inflasi 2% dalam basis berkelanjutan.