Bisnis.com, SEMARANG – Potensi dana zakat Tanah Air dinilai belum tergarap maksimal. Dari potensi Rp271 triliun per tahun, belum banyak yang terserap. Tahun lalu zakat yang dihimpun oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) baru sekitar Rp6 triliun.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah Kiyai Haji Ahmad Daroji mengatakan masyarakat semakin sadar akan kewajiban mereka dalam membayar zakat, sehingga dana yang terkumpul tahun ini diharapkan meningkat ketimbang tahun lalu.
"Masyarakat modern saat ini banyak yang menerapkan prinsip halal dalam kehidupan mereka. Tentu saja ini berimbas pada banyaknya dana zakat yang akan terkumpul nanti," ujar Ahmad Daroji dalam diskusi Festival Ekonomi Syariah di Semarang, Jateng, pada Kamis (3/5/2018).
Dia mengemukakan lewat gerakan moral sadar zakat tersebut, pihaknya ingin mendorong lebih aktualisasi dari potensi zakat masyarakat.
Pasalnya, lewat dana zakat, berbagai persoalan masyarakat diyakni bisa teratasi, setidaknya bisa segera didapat solusi konkret. Hanya saja, potensi yang ada tersebut harus diimbangi dengan mekanisme dan kemampuan SDM yang mumpuni untuk mengelolanya termasuk mekanisme penyaluran agar dana yang terserap dapat termanfaatkan secara benar untuk kepentingan masyarakat.
“Agar timbul kesadaran, tentunya perlu kepercayaan dari masyarakat. Di sini pentingnya pengelolaan secara profesional dengan memanfaatkan teknologi informasi. Para amil zakat, Baznas, bisa membangun kepercayaan masyarakat sehingga potensi bisa terwujud,” kata Daroji.
Sementara itu Deputi Direktur Divisi Riset Assessment Ekonomi Keuangan Syariah Bank Indonesia Edi Fairuzzabadi berpendapat untuk memaksimalkan zakat terlebih dahulu memiliki amil zakat yang profesional.
Dengan amil zakat profesional, menurut dia, masyarakat percaya dan mau menunaikan kewajiban mereka membayar zakat.
"Potensi yang zakat yang sangat besar sayang jika tidak memperkuat lembaganya untuk itu amil zakat yang profesional akan membawa kepercayaan penuh bagi masyarakat untuk menunaikan salah satu rukun Islam tersebut," ucapnya.
Dikatakan Edi ada tiga pilar penting yang sudah dilakukan Bank Indonesia dalam menghimpun dana zakat dari masyarakat. Pertama yakni pemberdayaan pada tiap UMKM dalam mengelola dana zakat.
Yang kedua, lanjutnya, keuangan sosial dalam hal ini Bank Indonesia membantu lembaga zakat seperti Baznas mengenai bagaimana mengelola keuangan dengan baik. Pilar yang terkahir yakni edukasi Bank Indonesia menjelaskan langsung kepada masyarakat mengenai pentingnya zakat.
"Tiga pilar penting terus kami sosialisasikan agar masyarakat semakin sadar akan kewajiban mereka dalam membayar zakat untuk disalurkan kepada yang membutuhkan," ujarnya.
Selain itu, kata Edi, Bank Indonesia juga menerbitkan buku mengenai zakat dan wakaf yang bisa digunakan sebagai acuan kepada mahasiswa ditiap perguruan tinggi mengenai pentingnya zakat.
"Demi mendukung pemahaman mengenai zakat kami mengeluarkan beberapa buku tentang zakat dan wakaf dan bisa dipelajari oleh masyarakat dan mahasiswa," tuturnya.