Kabar24.com, JAKARTA – Perlambatan inflasi di Zona Euro dapat memberikan alasan lain bagi Bank Sentral Eropa (ECB) dalam mengambil keputusan terkait penghentian program pembelian obligasinya.
Pertumbuhan harga konsumen secara tidak terduga melemah menjadi 1,2% bulan lalu dan inflasi inti yang mengecualikan barang volatil seerti makanan, merupakan yang terendah selama lebih dari setahun di level 0,7%. Kedua pengukuran tersebut berada di bawah perkiraan ekonom.
ECB dan Komisi Eropa masing-masing memperkirakan sebuah perbaikan nantinya dalam tahun ini. Namun, perhatian tetap tertuju kepada kelanjutan data yang melemah dikombinasikan risiko dari proteksionisme dagang yang dapat merusak keyakinan pengeluaran perusahaan dan rumah tangga.
Aline Schuiling, ekonom ABN Amro, menyatakan, ECB pasti ingin melihat hingga beberapa bulan ke depan untuk menilai sampai sejauh mana penurunan tajam dalam inflasi inti ini.
“Jika kita tetap di level rendah ini, mereka mungkin akan mempertimbangkan untuk memperpanjang pembelian [obligasi],” ujarnya seperti dikutip Bloomberg, Kamis (3/5/2018).
Sementara itu, Kepala Ekonom ECB Peter Praet di dalam naskah pidatonya di Paris setelah laporan inflasi tersebut diliris, menegaskan kembali keinginan bank sentral untuk menunggu sementara menilai apakah perlambatan ini terjadi dalam jangka pendek atau tidak.
“Data ekonomi terbaru dan hasil survei umumnya memiliki kejutan untuk penurunan, memperlihatkan beberapa kekurangan momentum dalam aktivitas ekonomi,” katanya.
Dia menambahkan, faktor sementara mungkin juga berperan dan ECB juga ingin memonitor apakah, atau jika, untuk seberapa lama, perkembangan ini dapat mencerminkan pelemahan dalam permintaan yang dapat ditolerir.
Pun Komisi Eropa juga tetap optimistis dalam revisi outlook ekonomi yang dirilis pada Kamis (3/5/2018), ketika mereka mempertahankan perkiraan inflasi tidak berubah. Komisi Eropa melihat pertumbuhan harga rata-rata tahun ini sebesar 1,5% tahun ini dan 1,6% pada 2019.