Bisnis.com, JAKARTA—Para pemimpin keuangan kelompok 20 (G20) meminta dukungan untuk perdagangan bebas di tengah-tengah kekhawatiran aksi proteksionisme dari Amerika Serikat serta sanksi perdagangan yang akan dikenakan Paman Sam kepada China.
Pertemuan tingkat tinggi G20 di Buenos Aires, Argentina itu diagendakan untuk membahas mengenai outlook perekonomian global, masa depan pekerjaan, mata uang virtual (cryptocurrency), dan pajak korporasi.
Akan tetapi, pembicaraan mengenai perdagangan telah mendominasi setelah Presiden Donald Trump mengumumkan tarif sebesar 25% untuk impor baja dan 10% untuk impor aluminium pada awal bulan ini. Selain itu, menurut sumber Reuters, Trump juga akan mengumumkan tarif baru yang mencapai US$60 miliar untuk produk teknologi dan produk lainnya dari China, sebagai bentuk hukuman untuk Beijing.
Oleh karena itu, pejabat G20 merasa khawatir dengan potensi terjadinya perang dagang yang dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi global.
“Risiko utamanya adalah kebijakan melihat ke dalam [negeri], atau proteksionisme,” kata Pierre Moscovici, anggota dari Komisi Eropa untuk Perekonomian dan Keuangan, seperti dikutip Reuters, Selasa (20/3).
Sementara itu, Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin telah keluar dari pembicaraan tersebut dengan alasan Paman Sam tidak bisa mengorbankan kepentingan nasionalnya agar suatu sistem dapat berjalan.
Salah seorang pejabat AS dalam pertemuan tersebut mengatakan bahwa situasi negaranya saat ini berada di bawah kepentingan nasional dan tidak akan mengorbankan kepentingan itu agar sistem perdagangan bebas dapat berjalan.
“Itu merupakan sesuatu yang tidak dapat kami terima. Kami sangat jelas dan tentu saja menteri mewakili pandangan presiden yang kami percaya untuk perdagangan bebas,” katanya.
Adapun, tarif impor baja dan aluminium itu telah meningkatkan tensi perekonomian global bahwa AS akan menyalahi aturan perdagangan yang telah ditetapkan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk mencapai tujuannya sendiri.
Sementara ini, Kanada, Meksiko, dan Australia telah mendapat pengecualian dari tarif tersebut. Saat ini pun Uni Eropa masih mengupayakan agar diberi pengecualian yang sama
“Saya sudah menyampaikan kepada [Menteri Keuangan AS] Steve Mnuchin, sekarang Uni Eropa tinggal menunggu pengecualian sepenuhnya dari tarif tersebut. Untuk mencapainya memang sulit tapi bukan tidak mungkin,” kata Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire.
Sebelumnya, Uni Eropa telah mengancam untuk melakukan aksi pembalasan. Adapun, Moscovici menambahkan, mereka tetap mempersiapkan untuk skenario terburuk jika memang 19 negara di Benua Biru harus terkena tarif impor itu.