Kabar24.com, MALANG—Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggandeng Singapore Polytechnic (SP) menerjunkan mahasiswanya masing-masing untuk mengembangkan UMKM di Kota Batu.
Menurut Ambika Putri, Co-Facilitator Leaning Express (LEx), program kerja sama UMM dan SP melalui pengembangan pembelajaran design thinking (DT), mengatakan, kerja sama tersebut sudah dibangun sejak 2014 dan terus dikembangkan untuk membangun kualitas sumber daya manusia melalui kegiatan pengabdian masyarakat.
“DT merupakan metode yang berfokus pada penyelesain masalah yang digali melalui observasi lapangan dan berorientasi pada terciptanya produk atau program,” katan ya di Malang, Senin (19/3/2018).
Pada pelaksanaan program LEx angkatan 2018 ini, mahasiswa UMM dan SP tersebar di beberapa unit usaha masyarakat yang ada di Desa Temas Kota Batu.
Angkatan pertama tahun ini diikuti oleh 56 peserta, yakni 28 dari UMM dan 28 dari SP.
Mereka dibagi menjadi empat kelompok. Jumlah ini bertambah dari angkatan sebelumnya, dengan tujuan agar program yang diciptakan lebih banyak, fokus serta dapat segera diaplikasikan di desa tempat observasi.
“Ini dimaksudkan n agar hasil kerja kita lebih maksimal sehingga dapat menyelesaikan banyak problem dan segera diaplikasikan di desa,” ungkapnya.
Rangkaian kegiatan dibagi menjadi enam tahapan yang merupakan tahapan dari metode DT, yakni sense and sensibility, define, ideation, prototyping, co-creation, dan gallery walk. Kegiatan-kegiatan tersebut akan diikuti oleh peserta mulai 11-22 Maret.
“Seluruh mahasiswa akan melewati enam tahap yang merupakan tahapan dari design thinking itu sendiri,” ujarnya.
Pada tahapan sense and sensibility dan define, mahasiswa turun ke lapangan lalu bersama masyarakat melakukan rembuk untuk membuat outline dari problem yang tengah dihadapi oleh masyarakat.
Tan Zhi Yuan (Luke) salah satu mahasiswa SP menyatakan bahwa pengalaman terseput penting karena dapat mengenal lebih dengan kehidupan masyarakat setempat.
“Kegiatan ini unik dan seru soalnya mahasiswa asing bisa ikut jualan dan lebih dekat dengan masyarakat yang jadi tempat observasi, juga mengetahui budaya masyarakat di sini,” katanya.
Selanjutnya, pada tahapan ideation dan prototyping mahasiswa akan kembali ke kampus dan merancang ide dan menciptakan alat yang dapat menuntaskan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Pada proses ini mahasiswa akan mulai berdiskusi secara intensif bersama kelompok masing-masing.
Tim Bakso, salah satu kelompok program LEx, menciptakan alat bernama Express Bakso Machine. Alat ini diciptakan untuk menjawab keresahan para pedagang bakso yang mengaku tidak dapat memproduksi bakso dalam jumlah banyak dalam waktu singkat sedangkan permintaan konsumen sangat tinggi.
Hesti Mirandah mahasiswa UMM, anggota Tim Bakso, menyampaikan, alat yang dibuat bersama mahasiswa SP ini sudah disetujui dan sesuai dengan kebutuhan pemilik usaha Bakso di Desa Temas.
“Alat yang kita presentasikan ini sudah dilihat dan disetujui oleh pemilik usaha. Bahkan mereka sangat senang melihat alat yang kami buat ini,” ucapnya.
Sebelum melaksanakan gallery walk mahasiswa akan melaksanakan co-creation yaitu kegiatan mempresentasikan ide atau alat yang sudah diciptakan ke masyarakat di desa observasi.
Menurut Supriyatin Ketua PKK RT 01 Desa Temas program LEx adalah program yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat di Temas.
“Warga selalu nunggu kehadiran mahasiswa UMM dan Singapura itu untuk bisa menyumbangkan ide atas masalah usaha mereka,” ujarnya.
Program Lex diadakan sekali dalam setiap semester. Pada Kamis (22/03/2018), i, akan digelar gallery walk di Aula BAU UMM sebagai penutup acara dimana para peserta akan mempresentasikan hasil.(