Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Presiden Jusuf Kalla membahas tantangan ketahanan pangan yang harus dihadapi Indonesia saat membuka acara Food Security Summit.
Menurutnya, masalah ketahanan pangan bukan hanya masalah Indonesia, tapi problematika yang dihadapi dunia.
Dia menyebut selalu ada sikap pesimisme dan optimisme menghadapi isu terkait dengan ketahanan pangan ini.
“Yang pesimistis mengatakan sebagaimaan teori, pertumbuhan penduduk akan lebih cepat dari penyediaan makanan. Itu sejak dahulu tapi ternyata lebih dari 100 tahun teori itu masih dapat dipenuhi [kebutuhan pangan]. Yang optimistis menghadapi masalah ini dengan ilmu pengetahuan dan teknologi,” ujarnya, Kamis (8/3/2018).
Dia pun merinci tantangan ketahanan pangan yang dihadapi negara seperti Indonesia, seperti berkurangnya lahan pertanian dan pertambahan penduduk.
Menurutnya, 30 tahun ke depan penduduk dunia akan mencapai sekitar 9 miliar orang.
Adapun saat Indonesia merayakan kemerdekaannya yang ke-100 tahun, jumlah penduduk akan mencapai sekitar 350 juta orang.
“Artinya kebutuhan pangan yang dibutuhkan terus menerus naik kira-kira 3% per tahun. Indonesia harus siap meningkatkan kebutuhannya 3% per tahun dengan perhitungan produksinya,” ucapnya.
Pengurangan lahan pertanian pun, kata dia, terjadi karena urbanisasi. Oleh karena itu, pembahasan masalah pangan ini bukan jangka pendek tapi menengah dan jangka panjang.
“Itu tantangannya yang tentu ada perubahan dasar di dunia ini kenapa kita berikan perhatian besar sekali dalam pangan. Pertama penduduk, urbanisasi, perubahan iklim, banjir di mana-mana, kenaikan suhu dan sebagainya merupakan tentu pengaruhi produksi bidang pertanian,” terangnya.
Dia pun menyoroti ketersediaan air yang juga jadi masalah besar dalam pertanian. Hal itu, mendorong tren harga hasil pertanian selalu naik.
“Jadi pemerintah subsidi lebih berat untuk pangan untuk rakyat miskin dibanding sebelumnya takibat tren pangan itu yang terjadi di dunia,” katanya.