Bisnis.com, JAKARTA -- Siapa sangka jika kebiasaan bergosip ternyata dapat dirunut ke hubungan keluarga seseorang. Ketika seseorang memiliki masalah dalam konsep diri, di situlah awal mula berkembangnya biang gosip.
Psikolog Irma Gustiana mengatakan biang gosip biasanya memiliki masalah pada konsep diri. Seseorang yang menjadi biang gosip merasa mendapatkan pengakuan besar terhadap dirinya sebagai sumber informasi
Dari pengakuan itulah seseorang mendapat kepuasan yang menyebabkan dia terus menerus bergunjing dan mencari-cari bahan pergunjingan.
Menurutnya, kebiasaan bergosip dimulai dari keluarga. Ketika seorang anak kurang mendapat penanaman nilai moral yang baik, seperti penghormatan terhadap privasi atau kemampuan memilah hal baik dan buruk untuk dikomunikasikan, ketika dewasa dia akan kesulitan memilah-milah hal tersebut.
"Ketika orang dewasa di sekelilingnya punya kebiasaan bergosip, dia akan mereplika hal itu," terang Irma, seperti dilansir Tempo.co, Sabtu (3/3/2018).
Adapun cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan menunjukkan ketidaktertarikan terhadap gosip yang dilontarkan penuturnya. Pasalnya, biang gosip biasanya tidak terima jika ada orang yang menasihatinya, sehingga lebih baik mencari cara lain yang lebih efektif.
Sementara itu, Corporate Culture Expert dari ACT Consulting, Rinaldi Agusyana, menyatakan gosip dapat merusak kerja sama tim dan meracuni organisasi. Jika gosip telah menjadi kebiasaan dalam sebuah perusahaan, tak ada cara lain selain menegakkan budaya antigosip.
Hal tersebut dapat dimulai dari bagian sumber daya manusia yang harus merangkul karyawan hingga bisa mengetahui gosip langsung dari sumbernya. Selain itu, dia menekankan pentingnya pemimpin untuk membuka diri.
"Pemimpin yang menyediakan diri untuk mendengarkan akan perlahan-lahan menghapus rintangan sosial yang menyebabkan orang-orang bergosip di kelompoknya," ungkap Rinaldi.
Pemimpin yang terbuka akan mendorong karyawan berani bertanya secara langsung mengenai isu-isu yang dikhawatirkan.
Cara lain adalah membuat golden box. Siapa pun dapat menaruh saran, pengaduan, atau informasi di dalam kotak ini.
Pemberi masukan yang terpilih kemudian diberi hadiah oleh perusahaan. Sistem informasi terbuka semacam ini membuat karyawan terbiasa menghabiskan waktu kerja untuk kegiatan-kegiatan yang produktif.