Bisnis.com, JAKARTA -- Masalah ekonomi menjadi faktor yang mempengaruhi ketidakpuasan sejumlah orang terhadap kinerja Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Masalah ekonomi itu antara lain lapangan kerja yang masih terbatas, harga sembako yang belum stabil, biaya listrik yang semakin naik dan terlalu banyak impor.
Secara persentase, masalah ekonomi itu tercatat paling besar dibandingkan dengan alasan lain yang mempengaruhi ketidakpuasan seperti pencitraan, wibawa, penegakan hukum, korupsi dan sebagainya.
Data tersebut terungkap dalam sebuah survei yang dibuat oleh lembaga survei, Indo Barometer berjudul "Dinamika Pilpres 2019: Tiga Skenario Pilpres 2019, Siapa Kuda Hitam?" yang dipresentasikan pada Kamis (15/2/2018).
Salah satu hasil survei itu menunjukkan sekitar 36,5% responden menyatakan tidak puas terhadap kinerja pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Sebagian besar lainnya, sebanyak 61,5% menyatakan puas. Kepuasan ataupun ketidakpuasan respon terhadap presiden yang berkuasa sekarang itu dipengaruhi oleh sejumlah faktor.
Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menyatakan isu ekonomi perlu diperhatikan lebih lanjut oleh Jokowi menjelang pemilihan presiden 2019. "Isu-isu ekonomi kalau tidak ditangani dengan baik bisa membuat tingkat ketidakpuasan (kepada Jokowi) menjadi meningkat," katanya.
Sementara itu, alasan responden menyatakan puas terhadap kinerja pemerintahan Jokowi adalah peningkatan pembangunan, perubahan dalam pembangunan infrastruktur, banyaknya pencapaian kerja, pemberian bantuan bagi masyarakat miskin dan sebagainya.
Survei itu sendiri dilaksanakan pada 23-30 Januari 2018 di seluruh provinsi Indonesia dengan 1.200 sampel. Responden survei tersebut antara lain warga negara Indonesia yang telah memiliki hak pilih berdasarkan peraturan yang berlaku yaitu warga yang minimal berusia 17 tahun atau lebih dan sudah menikah pada saat survei dilakukan.