Kabar24.com, JAKARTA – Hancurnya kekuatan ISIS di Irak dan Suriah diperkirakan justru akan membuat kelompok teroris tersebut semakin menjadi-jadi. Serangan teror dengan target negara-negara Barat kemungkinan akan meningkat pada tahun 2018.
“ISIS akan ingin menunjukkan bahwa mereka masih dalam perjuangannya, dan pengikut mereka tetap bersikap fanatik seperti sebelumnya,” ujar Lewis-Sage Passant, seorang mantan perwira intelijen Angkatan Darat Inggris sekaligus pendiri perusahaan keamanan perjalanan HowSafeIsMyTrip.
“Jumlah serangan secara global kemungkinan akan meningkat saat kelompok tersebut mengalihkan fokusnya dari perang di Timur Tengah menjadi terorisme internasional,” lanjutnya.
Adam Deen, direktur eksekutif think tank Quilliam yang menangani isu ekstremisme, memiliki pendapat serupa.
“Tanpa diragukan lagi kita akan melihat lebih banyak serangan di Barat. ISIS sekarang lebih fokus pada balas dendam,” kata Deen kepada surat kabar Inggris The Independent pada bulan Oktober.
Propaganda ISIS akan terus dilancarkan baik di dunia maya maupun media lain, meski markas utamanya di Raqqa, Suriah, telah dihancurkan.
“Ancaman di Barat akan terus ada dengan orang-orang yang masih terinspirasi propaganda yang telah disebarluaskan oleh ISIS,” kata Anthony Richards, asisten profesor Studi Terorisme di Universitas East London, seperti dikutip dari CNBC, Selasa (2/1/2018).
“Saya pikir dalam jangka panjang, penaklukan ISIS dan propaganda yang terjadi seiring dengan itu akan mengurangi ancaman di Inggris dan Eropa. Tapi dalam jangka pendek, kita masih akan melihat lebih banyak serangan teroris.” tambahnya.
Beberapa lainnya melihat kemungkinan serangan yang lebih sering terjadi termasuk meningkatnya serangan dengan menggunakan pisau dan kendaraan.
“Hilangnya koordinasi sentral dan kemampuan menghasilkan pendapatan oleh ISIS berarti bahwa mereka akan kurang dapat melakukan operasi yang didanai dengan baik seperti serangan di Paris. Tetapi mereka ingin menunjukkan bahwa mereka masih melakukan perlawanan,” jelas Passant.
Bahkan jika ancaman ISIS akhirnya surut, kelompok Al-Qaeda dapat sangat mampu mengisi kekosongan dalam hal ancaman teroris besar. “Kita seharusnya tidak hanya melihat ISIS. Al-Qaeda, misalnya, masih sangat eksis dan dapat mengubah fokusnya kembali ke serangan terhadap Barat,” tutur Richards.
Dalam beberapa bulan terakhir, putra Osama bin Laden, Hamza, telah merilis serangkaian pesan yang menyerukan serangan terhadap dunia Barat, apalagi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan pengakuan atas Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Al-Qaeda kemungkinan akan menggunakan putra Bin Laden tersebut untuk menjadi ujung tombak sebuah comeback karena melihat peluang kekalahan militer ISIS.
MI5, badan counter intelligence nasional Inggris, pada bulan Oktober mengungkapkan terdapat 500 operasi dan 20.000 orang yang berada di dalam pengawasan. Antara Januari dan Oktober 2017, sebanyak tujuh plot teror di Inggris telah digagalkan.
Jumlah tersebut memberi gambaran serius untuk tahun ini, terlepas dari kemenangan terhadap pasukan ISIS di Timur Tengah, seiring dengan upaya pemerintah di berbagai penjuru dunia mengatasi ancaman teror yang terus berlanjut.